JAKARTA (rumahhufazh.or.id)- Penghafal Al Quran bukanlah hanya dari mereka yang memiliki kehidupan yang baik, bahkan kadang sebaliknya. kehidupan yang dinilai mereka tidak begitu indah ingin mereka hiasi dengan keindahan AL Quran.
adalah Adhisty Fitriana Wahyuningrum berumur sembilan tahun, seorang calon hafidzah quran yang pantang menyerah. Meski perekonomian dirasanya tidak baik sejak ayahanda Tribowo Budi Satrio (41 tahun) sakit stroke 1,5 tahun lalu, prestasi dan semangat belajar siswa kelas 4 SDIT Daarul Qur’an, Tebet, Jakarta Selatan, tetap baik dan mengagumkan.
“Adhisty tidak hanya telah menghafal 6 juz Al-Quran dengan baik namun ia telah menyelesaikan hafalan Hadits dan Doa-Doa Harian dengan nilai yang sangat baik saat kelas 3 lalu,” ungkap Anita Nurazizah, SPdI, walikelas Adhisty.
Ya, calo penghuni surga ini (insya Allah) ingin menghiasi rumahnya dengan Al Quran. Sebagai salah satu bentuk baktinya, Adhisty seringkali menghibur ayahnya yang terbaring atau duduk dengan membacakan hafalan Al-Qur’an dan Hadits dan Doa-Doa Harian setiap pulang sekolah. Meski ayahanda Tribowo hanya mengedipkan sebelah mata dan menggerakkan satu atau dua jari, tapi Adhisty yakin ayahnya tersebut sangat bangga pada dirinya. Karena sebelum stroke sang ayah selalu memotivasi Adhisty rajin menghafal agar bisa hafidz 30 juz Al-Qur’an. ini adalah buah didikan sang ayahnya.
bila berbicara masalah ksulitan ekonomi, maka terlihat pula dari usaha ibu dari Adhisty. Kondisi ayahnya yang stroke ditambah pula sang ibu bukanlah pegawai kantoran dan bukan pula wirausaha yang hbat. Ibunda Bahizah (42 tahun) yang kini menjadi tumpuan ekonomi keluarga, hanya bekerja sebagai pembantu tukang masak hajatan dan katering. Namun, jarang sekali ada panggilan. Sehingga, ia terpaksa menjual rumah termasuk furniturnya untuk makan sehari-hari dan biaya berobat Tribowo yang menghabiskan biaya hampir seratus juta rupiah. Sedangkan untuk biaya pendidikan Adhisty? Belum terbayang di benak Bahizah untuk mendapatkannya. Hanya Allah yang diyakininya akan memberikan rizi yang tidak disangka sangka.
Kini keluarga Adhisty tinggal bersama dua keluarga lainnya dalam rumah kontrakan di Jalan Rasamala II Rt 03/09 No A1, Menteng Dalam, Jakarta Selatan. Keadaan tersebut, membuat Adhisty menjadi lebih prihatin. Sehingga meski sudah diberi ongkos naik angkot untuk berangkat dan pulang sekolah, ia tetap memilih berjalan kaki. “Uangnya ditabung untuk beli keperluan sekolah,” ungkapnya. [rumahhufazh.or.id/islampos]