Dalam artikel sebelumnya dijelaskan bahwa manusia yang hidup di dunia ini terbagi menjadi empat golongan atau kelompok. Golongan pertama adalah kelompok yang Allah beri keberuntungan didunia dan akhirat. Mereka adalah orang yang mendapatkan dua nikmat.

Nikmat di dunia dan nikmat di akhirat. Nikmat dunia berupa kebahagiaan dan balasan kemudahan dalam menjalani kehidupan, dan yang kedua dalah nikmat bekal akhirat berupa pahala dari ketakwaan. Ketakwaan yang menjadi jembatan menuju surga yang kenikmatannya abadi.

Mereka yang ta’at kepada Allah dan mendapatkan kebahagian hidup di dunia.Maka ini adalah sebuah kemestian sebagai buah dari keta’atan kepada Allah Ta’ala.

Allah Ta’ala berfirman :

مَنْ عَمِلَ صَالِحًا مِنْ ذَكَرٍ أَوْ أُنْثَىٰ وَهُوَ مُؤْمِنٌ فَلَنُحْيِيَنَّهُ حَيَاةً طَيِّبَةً ۖ وَلَنَجْزِيَنَّهُمْ أَجْرَهُمْ بِأَحْسَنِ مَا كَانُوا يَعْمَلُونَ

“Barangsiapa yang mengerjakan amal shalih baik laki – laki maupun perempuan dan dia dalam keadaan beriman,maka pasti akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan akan Kami beri balasan dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan.”(QS.An Nahl : 97).

Dalam ayat ini disebutkan iman yang menjadi kunci ketakwaan. Betapapun sesorang mengerjakan amalan sholeh sedangkan ia tidak beriman, maka tidak terhitung olehnya sebuah ketakwaan. Dalam ayat inipun Allah menyamakan derajat seorang laki laki dan perempuan dalam amalan sholeh.

Tidaklah selalu seorang lelaki pasti menjadi orang bertakwa, dan tidaklah pasti pula amalan seorang perempuan tidak mampu melampaui lelaki. Semuanya memiliki peluang dalam kebaikan yang sama. Dari sini maka, tidak ada nikmat yang paling agung dibandingkan dengan kesempatan yang sama yang dimiliki oleh mereka yang megucapkan syahadat dan beriman kepada Allah.

Ayat tersebut juga adalah janji dari Allah yang maha tinggi. Janji zat yang maha kaya dan meha teliti. hal ini dijelaskan lebi detail oleh ibnu katsir, seorang ulama penganut mazhab Syafi’i.

Al Hafizh Ibnu Katsir rahimahullah berkata :”Ini adalah janji dari Allah Ta’ala bagi orang yang mengerjakan amal shalih yaitu amal yang mengikuti Kitab Allah Ta’ala (Al Qur’an) dan mengikuti Sunnah Nabi-Nya Shallallahu ‘alaihi wa Sallam baik laki – laki ataupun perempuan dari anak – anak adam,dan hatinya beriman kepada Allah dan Rasul-Nya,dan amal ini adalah amal yang di perintahkan dan di syariatkan dari sisi Allah,bahwasannya Allah akan memberikannya kehidupan yang baik di dunia dan akan membalasnya dengan yang lebih baik apa yang yang telah di kerjakannya di kehidupan dunia.”(Tafsir Ibnu Katsir Juz 8 Hal.351-352).

terakhir dalam ayat tersebut, Allah menegaskan bahwa balasan bagi mereka yang bertakwa adalah kebahagiaan dan pahala yang akan Allah balas di hari kiamat. Hari dimana tidak ada harta yang berharga dibandingkan dengan keimanan seseorang dan ketakwaannya.

Siapa yang menafikan kehidupan yang baik ? tidak ada. Kehidupan yang baik adalah kebahagiaan yang mesti disyukuri. Tidak ada yang lebih berharga dibandingkan janji atas kehidupan yang baik. Banyaknya harta tidaklah berarti berkehidupan baik dan tidak pula berarti bahagia. Tingginya jabatan tidak pula berarti seperti itu. Cukuplah seseorang bersyukur setinggi tingginya atas nikmat menjalani kehidupan dengan baik, walaupun tidak banyak harta dan tinggi jabatan, karena ia adalah hakikat kebahagiaan di dunia.

Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhuma mengatakan:

إنها هي السعادة

“Sesungguhnya kehidupan yang baik adalah kebahagiaan.”(Tafsir Ibnu Katsir Juz 8 Hal.352).

(sendia/aboefathiya/rumahhufazh)

Print Friendly, PDF & Email
rumahhufazh.or.id

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.