Rumahhufazh – Pemuda itu berdiri di atas karang besar di tepi pantai berpasir putih. Dia mengenakan setelan celana hitam, kemeja koko berlengan pendek, berpeci hitam. Di lehernya tersemat kain berwarna merah.
Tiga orang lain berdiri mengelilinginya. Dua dari tiga orang itu membawa mushaf Alquran, sementara satu lagi memegang mikrofon dan mengarahkan kepada pemuda tadi.
Pemuda itu menggenggam sebuah telepon seluler. Sejenak dia berbicara melalui ponsel tersebut. Suara seorang wanita terdengar cukup keras. Tidak berapa lama berbincang, pemuda itu mulai sesenggukan dan berusaha mengucapkan kalimat dalam bahasa Arab.
Pemuda itu ternyata tengah membaca Surat An Nas, surat penutup dari Kitab Suci Alquran.
Namun bacaan pemuda itu tersendat. Suaranya sesenggukan saat memasuki ayat ke empat dari enam ayat itu. Tangisnya pecah.
Orang-orang yang mengelilingi memintanya mengulang. Pemuda itu kembali mengulang. Meski suara tangis haru itu masih terdengar, namun dia berhasil menyelesaikannya.
Wanita dari seberang telepon langsung berucap,”Mak bahagia, Nak. Kebahagiaan Mak tidak bisa diucapkan dengan kata-kata.” Pemuda itu langsung membalas kalimat wanita yang ternyata Ibunya. “Kita sujud sama-sama ya, Mak ? Kita sujud syukur sama-sama ya. Sekarang ya, Mak?” pemuda itu berkali-kali mengulang ajakannya.
Pemuda itu segera mengambil posisi menghadap kiblat dan bersujud. Gerakannya diikuti oleh beberapa orang yang sedari tadi menyimak bacaan pemuda itu. Mereka bersujud bahagia dan syukur karena seorang lagi pemuda telah lulus dan sanggup menghafal keseluruhan isi Alquran.
Teuku Akbar Maulana, pemuda asal Aceh ini menyelesaikan hafalan Alquran hanya dalam waktu 14 hari. Dan itu diselesaikannya setelah dia jauh-jauh pulang dari Turki, tempat dia melanjutkan studinya, untuk mengikuti program karantina menghafal Alquran yang digelar Yayasan Hamasah di Belitung.
(rumahhufazh/Dream)