Sebelum memahami apa saja yang terdapat dalam Al Qur’an, sejenak memahami terlebih dahulu bukti asal muasal Al Qur’an. Mengutip dari buku “Sistem Peraturan Hidup dalam Islam” yang ditulis oleh Syaikh Taqiyyuddin an Nabhani, pendiri Hizbut Tahrir, seorang qadhi (hakim), hafidz, penyair, sastrawan, dan salah seorang ulama terkemuka dalam Kekhilafahan Utsmani, dalam Bab 1 “Jalan Menuju Iman” juga dibahaskan mengenai asal muasal Al Qur’an.
Mengenai bukti bahwa Al Qur’an itu datang dari Allah SWT, dapat dilihat dari kenyataan bahwa Al Qur’an adalah sebuah kitab berbahasa Arab yang dibawa oleh Rasulullah Muhammad SAW. Dalam menentukan darimana asal Al Qur’an, akan kita dapatkan tiga kemungkinan. Pertama, kitab itu adalah karangan orang Arab. Kedua, karangan Muhammad SAW. Ketiga, berasal dari Allah SWT. Tidak ada lagi kemungkinan selain dari yang tiga ini. Sebab, Al Qur’an adalah berciri khas Arab, baik dari segi bahasa maupun gayanya.
Kemungkinan pertama yang mengatakan bahwa Al Qur’an adalah karangan orang Arab, tidak dapat diterima. Sebab, Al Qur’an sendiri telah menantang mereka untuk membuat karya yang serupa. Sebagaimana tertera dalam ayat “Katakanlah: ‘Maka datangkanlah sepuluh surat yang (dapat)menyamainya” (TQS. Hud (11): 13). Di dalam ayat lain “Katakanlah: (‘Kalau benar apa yang kamu katakan), maka cobalah datangkan sebuah surat yang menyerupainya” (TQS. Yunus (10): 38).
Orang-orang Arab telah berusaha keras mencobanya, akan tetapi tidak berhasil. Hal ini membuktikan bahwa Al Qur’an bukan berasal dari perkataan mereka. Mereka tidak mampu menghasilkan karya yang serupa, kendati ada tantangan dari Al Qur’an dan mereka telah berusaha menjawab tantangan itu. Kemungkinan kedua yang mengatakan bahwa Al Qur’an itu karangan Muhammad SAW, juga tidak dapat diterima oleh akal.
Sebab, Muhammad SAW adalah orang Arab juga. Bagaimanapun jeniusnya, tetap ia sebagai seorang manusia yang menjadi salah satu anggota dari masyarakat atau bangsanya. Selama seluruh bangsa Arab tidak mampu menghasilkan karya yang serupa, maka masuk akal pula apabila Muhammad —yang juga termasuk salah seorang dari bangsa Arab— tidak mampu menghasilkan karya yang serupa. Karena itu, jelas bahwa Al Qur’an itu bukan karangannya.
Terlebih lagi dengan adanya banyak hadits-hadits shahih yang berasal dari Nabi Muhammad SAW -yang sebagian malah diriwayatkan lewat cara yang tawatur- yang kebenarannya tidak diragukan lagi. Apabila setiap hadits ini dibandingkan dengan ayat manapun dalam Al Qur’an, maka tidak akan dijumpai adanya kemiripan dari segi gaya bahasanya. Padahal Nabi Muhammad SAW, disamping selalu membacakan setiap ayat-ayat yang diterimanya, dalam waktu yang bersamaan juga mengeluarkan hadits. Namun, ternyata keduanya tetap berbeda dari segi gaya bahasanya.
Di dalam banyak ayat-Nya, Allah SWT telah mengenalkan Al Qur’an sebagai petunjuk, pedoman hidup, kabar (gembira dan peringatan), rahmat, dan bahkan penjelas segala sesuatu.
Wallaahu A’lam
rumahhufazh.or.id
______________________________________________________________
Ayo bantu program berantas buta huruf Al-Quran bersama LPI-RH. Enam puluh lima persen penduduk Indonesia masih buta huruf Al-Quran.
Ayo donasi minimal Rp.100.000/bulan untuk membantu program kami.
LPI-RH melakukan penyaluran kepada lebih dari 20 penerima manfaat setiap bulannya, dengan penyaluran rata-rata 20 juta per bulan dan menghasilkan lebih dari 180 aktivitas pendidikan masyarakat per bulan.
Karena komitmen LPI-RH adalah mendorong SDM Pendidik dan Pendakwah membina masyarakat Islam. Kami peduli dan kami ajak Anda peduli.
Ayo donasi minimal Rp.100.000/bulan ke no.rekening,
BSM 70 9157 3525 a.n Yayasan Rumah Hufazh QQ Infaq
Konfirmasi ke 08961324556.