Kebaikan akanlah hadir diantara hati yang sehat. karena kebaikan dan kebenaran hanya akan bisa dipahami oleh hati yang tidak terkotori dan tercemar oleh apapun.

Syetan selalu membawa dan menggiring manusia kepada keburukan. mereka dan bala tentaranya selalu memulai menggulingkan kebaikan dalam hati manusia dengan cara mengotorinya. Bila kebaikan itu bagaikan air jernih yang dapat menyejukan gersangnya hidup dan hausnya asa, juga menjadi tenaga mendekatkan diri kepada Tuhannya, maka syetan adalah makhluk yang kerjanya membuat manusia tidak dapat menikmati air tersebut dengan mengotori airnya atau mengotori tempat penampung air tersebut. itu adalah hati.

ketika syetan ingin mengotori air kebaikan dalam yang didapat manusia maka syetan akan mengotorinya dengan syubhat. syubhat adalah lawan dari kebenaran. ia adalah kotoran yang membuat kebenaran tidak murni bahkan menjadi berbahaya. Kala itu syetan menjadikan kebenaran itu terus tercampur syubhat agar manusia tidak bisa menikmati kebenaran yang hakiki. Kebenaran yang seharusnya menjernihkan hati, sebaliknya ia mengotori hati dan isinya.

Cara kedua adalah dengan cara langsung mengotori wadah tempat air kebaikan itu akan dituangkan. Syetan mengotorri hati dengan syahwat yang dipanahkan kepada manusia. Kala itu sebaik apapun air yang disimpan, sebening apapun air yang dijaga di dalam wadah yang kotor maka ia akan kotor pula. Air yang asalnya jernih akan kotor seketika. Syahwat yang bersemayam di dalam hati akan mengotori kebenaran. Maka hati yang kotor akan semakin kotor.

Hati yang sehat adalah hati yang selamat dari setiap syahwat yang bertentangan dengan perintah Allah subhanahu wata’ala dan selamat dari setiap syubhat yang menyimpang dari kebenaran. Allah berfirman;

يَوْمَ لَا يَنْفَعُ مَالٌ وَلَا بَنُوْنَ. إِلَّا مَنْ أَتَى اللَّهَ بِقَلْبٍ سَلِيْمٍ.
”Pada hari yang harta dan anak-anak tidak bermanfaat, kecuali orang yang datang kepada Allah dengan hati yang selamat.”

Hati yang sehat memiliki beberapa tanda, di antaranya :

  1. Mengutamakan hal-hal yang bermanfaat
    Seorang yang hatinya sehat akan meninggalkan hal-hal yang tidak bermanfaat baginya. Diriwayatkan dari Abu Hurairah ia berkata, Rasulullah bersabda;

مِنْ حُسْنِ إِسْلاَمِ الْمَرْءِ تَرْكُهُ مَا لاَ يَعْنِيْهِ.

“Sebagian dari kebaikan keislaman seseorang (ialah) meninggalkan sesuatu yang tidak bermanfaat baginya.”

2. Mengutamakan kehidupan akhirat daripada kehidupan dunia
Seorang yang hatinya sehat akan lebih mengutamakan kehidupan akhirat dari pada kehidupan dunia. Ia hanya menjadikan dunia ini sebagai sarana untuk mendapatkan akhirat. Dari ‘Abdullah bin ‘Umar  ia berkata, Rasulullah bersabda;

كُنْ فِي الدُّنْيَا كَأَنَّكَ غَرِيْبٌ أَوْ عَابِرُ سَبِيْلٍ.

“Jadilah engkau di dunia ini seakan-akan sebagai orang asing atau pengembara.””

‘Ali bin Abi Thalib juga pernah mengatakan;

إِنَّ الدُّنْيَا قَدِ ارْتَحَلَتْ مُدْبَرَةٌ وَإِنَّ الْآخِرَةَ قَدِ ارْتَحَلَتْ مُقْبَلَةٌ وَلِكُلِّ مِنْهُمَا بَنُوْنَ فَكُوْنُوْا مِنْ أَبْنَاءِ الْآخِرَةِ وَلَا تَكُوْنُوْا مِنْ أَبْنَاءِ الدُّنْيَا فَإِنَّ الْيَوْمَ عَمَلٌ وَلَاحِسَابٌ وَغَدًا حِسَابٌ وَلَا عَمَلٌ.

“Sesungguhnya dunia beranjak pergi dan akhirat (akan) datang. Masing-masing dari keduanya memiliki anak-anak, maka jadilah kalian menjadi anak-anak akhirat dan janganlah kalian menjadi anak-anak dunia. Karena sesungguhnya hari ini adalah (kesempatan) untuk beramal dan tidak ada perhitungan, dan besok (di akhirat) adalah tempat perhitungan dan tidak (dapat lagi) untuk beramal.”

Pernahkan anda bertanya kepada diri anda sendiri, tentang keadaan anda saat ini, beruntung atau tidak? Bahagia atau tidak? Puas atau tidak? Apakah hari ini melakukan dosa? Apakah hari ini sudah ada amalan baik yang telah aku kerjakan?

Tentu suatu beban ketika kenyataannya, untuk menjadi seorang yang beruntung, bahagia, puas dengan kehidupan, jauh dari perbuatan dosa dan selalu berbuat baik adalah sesuatu yang berat perjuangannya. Memikirkannya saja sudah membuat kita putus asa.

Di sisi lain semua itu adalah suatu impian dari kehidupan yang ideal bagi setiap orang. Namun, tahukah bahwa ada alternatif untuk menjadikan diri kita menjadi sosok tersebut. Solusinya adalah kita harus menemukan kuncinya. Kunci untuk menjadi bahagia, puas, jauh dari dosa dan banyak melakukan kebaikan.

Kuncinya adalah ada pada hadits yang Rasulullah ajarkan kepada umatnya:

أَلَا وَإِنَّ فِي الْجَسَدِ مُضْغَةً إِذَا صَلَحَتْ صَلَحَ الْجَسَدُ كُلُّهُ وَإِذَا فَسَدَتْ فَسَدَ الْجَسَدُ كُلُّهُ أَلاَ وَهِيَ الْقَلْبُ.

“Ingatlah bahwa dalam jasad ada segumpal daging; jika ia baik, maka baiklah seluruh jasadnya, dan jika ia rusak, maka rusaklah seluruh jasadnya. Ketahuilah bahwa segumpal daging itu adalah hati.”

Ia adalah kunci dari kebahagiaan yang hakiki. Kunci dari semangat hidup dan gairah penghambaan kepada Allah. Ya, kuncinya adalah keadaan hati kita.
Namun untuk memperbaikinya tentu kita perlu tahu bagaimana keadaan hati kita sebenarnya. Apakah hati kita hidup, sakit atau mati? Maka celakalah mereka yang hatinya mati.

Hati yang mati adalah hati yang tidak mengenal Rabb-nya. Ia selalu berjalan bersama hawa nafsu dan mencari kenikmatan duniawi semata, meskipun itu dibenci dan dimurkai oleh Allah subhanahu wata’ala. Hati yang semacam ini tidak akan peka terhadap peringatan. Allah subhanahu wata’ala berfirman;

إِنَّ الَّذِيْنَ كَفَرُوْا سَوَاءٌ عَلَيْهِمْ أَأَنْذَرْتَهُمْ أَمْ لَمْ تُنْذِرْهُمْ لَا يُؤْمِنُوْنَ. خَتَمَ اللَّهُ عَلَى قُلُوْبِهِمْ وَعَلَى سَمْعِهِمْ وَعَلَى أَبْصَارِهِمْ غِشَاوَةٌ وَلَهُمْ عَذَابٌ عَظِيْمٌ.

“Sesungguhnya orang-orang kafir, sama saja bagi mereka, engkau beri peringatan atau tidak engkau beri peringatan, mereka tidak akan beriman. Allah telah mengunci-mati hati dan pendengaran mereka, dan penglihatan mereka ditutup. Dan bagi mereka siksa yang pedih.”

Ya, hati yang mati adalah mereka yang tidak mengenal Rabnya. Mereka lupa bahkan tidak tahu bahwa mereka adalah hamba Allah yang diciptakan. Mereka tidak sadar bahwa mereka adalah makhluk lemah di depan Rab penciptanya. Ketika tidak mengenal Rabnya, maka hilanglah kesadaran dirinya dalam memahami hidup dan hilanglah sikap membatasi dirinya dari perbuatan yang berlebihan.

Ketika lupa Tuhannya, maka lupa juga dia kepada hakikat kehidupan. Kehidupan yang seharusnya adalah tempat bersinggah malah dijadikan dan dianggap sebagai tempat bersuka cita. Inilah ciri-ciri hati yang mati. Dari sini maka terlihatlah mereka yang hatinya mati. Mereka tidak akan terima ketika dinasehati, mereka tidak akan menerima ketika diberikan petunjuk kepada kebaikan. Seakan telinga mereka anti dan alergi kepada ayat-ayat Allah, mereka akan berkata kepada orang yang menasehati “ini adalah hidup saya, maka saya akan lakukan apa yang saya suka,”[]

 

rumahhufazh.or.id

______________________________________________________________

Ayo bantu program berantas buta huruf Al-Quran bersama LPI-RH. Enam puluh lima persen penduduk Indonesia masih buta huruf Al-Quran.

Ayo donasi minimal Rp.100.000/bulan untuk membantu program kami.

LPI-RH melakukan penyaluran kepada lebih dari 20 penerima manfaat setiap bulannya, dengan penyaluran rata-rata 20 juta per bulan dan menghasilkan lebih dari 180 aktivitas pendidikan masyarakat per bulan.

Karena komitmen LPI-RH adalah mendorong SDM Pendidik dan Pendakwah membina masyarakat Islam. Kami peduli dan kami ajak Anda peduli.

Ayo donasi minimal Rp.100.000/bulan ke no.rekening,

BSM 70 9157 3525 a.n Yayasan Rumah Hufazh QQ Infaq

Konfirmasi ke 08961324556.

Print Friendly, PDF & Email
rumahhufazh.or.id

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.