Aktivitas yang beragam membuat kita tidak dapat menghindari bepergian menggunakan kendaraan. Tidak dapat dipungkiri, berkendaraan adalah adat manusia yang melekat semenjak dahulu kala.
Kendaraan yang dimaksud adalah kendaraan secara luas, baik itu hewan yang dijinakan, atau kendaraan buatan seperti mobil, pesawat, perahu dan lain lain.
Kita mungkin ingat kisah nabi Nuh dengan bahtera yang menyelamatkan orang orang beriman dan hewan-hewan dari bencana banjir. Bahtera atau kendaraan laut itu adalah mukjizat dan wahyu yang Allah ajarkan kepada nabiyullah Nuh. Secara mendasar kendaraan adalah sesuatu yang Allah ajarkan kepada manusia.
Ketika disebut kendaraan seharusnya ingat pula kematian. Kita bahkan sering mendengar dan melihat pemberitaan kecelakaan di jalan jalan raya, bahkan menurut data yang didapat, kematian karena kecelakaan termasuk angka yang besar, lebih khusus di indonesia.
Faktanya, Indonesia justru menempati urutan pertama peningkatan kecelakaan menurut data Global Status Report on Road Safety yang dikeluarkan WHO. Indonesia dilaporkan mengalami kenaikan jumlah kecelakaan lalu lintas hingga lebih dari 80 persen.
Angka kematian global saat ini tercatat mencapai angka 1,24 juta per tahun. Diperkirakan, angka tersebut akan meningkat hingga tiga kali lipat menjadi 3,6 juta per tahun pada 2030.
Inilah yang menjadikan hubungan antara berkendaraan dan kematian yang tidak bisa lepas. Berkendaraan dan kematian erat sekali hubungannya. Namun, ini bukanlah hal yang harus ditakuti. Ini adalah momentum kita untuk mengingat kematian. Bukankah dengan mengingat kematian seseorang bisa menjadi lebih bijak, bukankah dengan mengingat kematian seseorang bisa menjadi pribadi yang lebih tawakal.
Inilah yang membedakan antara manusia beriman dan yang tidak beriman. Manusia beriman akan menghadapi kepastian dengan apa yang Allah tunjukan, serta menimbang sesuatu dengan apa yang rasulullah ajarkan. Sedang manusia yang tidak beriman membuat semua ini menjadi ketakutan yang tiada habisnya.
Seseorang ketika mengendarai atau menunggangi hewan kendaraannya disunnahkan untuk membaca do’a yang kandungan do’anya mengingatkan kepada kematian.
Ali Al Azdi rahimahullah menuturkan bahwasanya Ibnu Umar radhiallahu anhuma pernah mengajarkan para sahabat bahwa Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam apabila berada di atas untanya ketika hendak berangkat dalam suatu perjalanan, beliau bertakbir tiga kali, lalu membaca doa :
“Maha suci Allah yang telah menundukkan kendaraan ini untuk kami, dan kami tidaklah turut campur dalam urusan Allah, serta kami sungguh akan kembali kepada Tuhan kami.Ya Allah’, Sungguh kami mohon kepada-Mu kebaikan dan takwa di dalam perjalanan kami ini, serta amalan yang Engkau ridhai. Ya Allah! Berikan kepada kami kemudahan dalam perjalanan kami ini dan dekatkanlah jauhnya perjalanan ini, Ya Allah! Engkaulah yang menguasai perjalanan ini dan Engkau pula yang mengurus keluarga kami, Ya Allah! Sungguh aku berlindung kepada Engkau dari lelahnya perjalanan, dari kesedihan pemandangan, dan dari bencana dalam urusan harta dan keluarga.” Apabila Rasulullah a kembali, beliau juga membaca doa tersebut dengan ditambah, “Kami semua akan kembali kepada Tuhan kami. Kami semua bertaubat, mengabdi, dan memuji Tuhan kami”. (HR Muslim, Mukhtashar shahih Muslim : 648).[]
rumahhufazh.or.id
______________________________________________________________
Ayo bantu program berantas buta huruf Al-Quran bersama LPI-RH. Enam puluh lima persen penduduk Indonesia masih buta huruf Al-Quran.
Ayo donasi minimal Rp.100.000/bulan untuk membantu program kami.
LPI-RH melakukan penyaluran kepada lebih dari 20 penerima manfaat setiap bulannya, dengan penyaluran rata-rata 20 juta per bulan dan menghasilkan lebih dari 180 aktivitas pendidikan masyarakat per bulan.
Karena komitmen LPI-RH adalah mendorong SDM Pendidik dan Pendakwah membina masyarakat Islam. Kami peduli dan kami ajak Anda peduli.
Ayo donasi minimal Rp.100.000/bulan ke no.rekening,
BSM 70 9157 3525 a.n Yayasan Rumah Hufazh QQ Infaq
Konfirmasi ke 08961324556.