Dalam kurun waktu yang relatif singkat, yakni 23 tahun (13 tahun di Mekkah dan 10 tahun di Madinah) berbekal petunjuk langsung dari Allah Ta’aala, Rasulullah shalallaahu ‘alaihi wasallam berhasil melahirkan sebaik baik generasi yang Allah ridhai dan merekapun ridha kepadaNya.
Firman Allah Ta’aala :
“Orang-orang yang terdahulu lagi yang pertama-tama (masuk Islam) dari golongan muhajirin dan anshar dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik, Allah ridha kepada mereka dan merekapun ridha kepada Allah dan Allah menyediakan bagi mereka surga-surga yang mengalir sungai-sungai di dalamnya selama-lamanya. mereka kekal di dalamnya. Itulah kemenangan yang besar”. (At-Taubah [9]: 100).
Bahkan Rasulullah SAW bersabda :
خَيْرُ النَّاسِ قَرْنِي, ثُمَّ الَّذِيْنَ يَلُوْنَهُمْ, ثُمَّ الَّذِيْنَ يَلُوْنَهُمْ (رَوَاهُ الْبُخَارِي وَ الْمُسْلِمٌ)
“ Sebaik-baik manusia adalah generasiku (sahabat), kemudian orang-orang sesudahnya, kemudian sesudahnya”. (HR. Bukhari dan muslim).
Ya, itulah Generasi Qurani, generasi yang mengimani, menjiwai dan mengamalkan Al-Quran sebagai kitab Allah yang sempurna, juga sebagai penyempurna kitab-kitab sebelumnya, tanpa ada penambahan ataupun pengurangan. Dengan Al-Qur’an ini pula Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam berhasil mencetak sebuah umat yang lurus aqidahnya, benar ibadahnya, dan baik akhlaknya.
Umar bin Khattab radhiallaahu ‘anhu, salah seorang dari generasi terbaik itu berkata:
نَحْنُ قَوْمٌ أَعَزَّنَا اللهُ بِالإِسْلاَمِ فَمَتَى ابْتَغَيْنَا بِغَيْرِ الإِسْلاَمِ أَذَلَّنَا اللهُ (رَوَاهُ الطَّبَرِى فِي تَفْسِيْرِهِ)
Artinya : “Kami adalah kaum yang Allah muliakan dengan Islam, maka setiap kami mengharapkan kemulian di luar Islam Allah menghinakan kami (At-Thabari 13/478).
Namun realita menyedihkan kita dapati hari ini saat sebagian besar orang, tua maupun muda justru disibukkan dengan hal hal yang hakikatnya menjauhkan ia dari petunjuk Allah, Al Quran. Mereka lebih cenderung betah membaca surat kabar/majalah, mendengarkan music, bahkan marak orang tua diluar sana yang sedih saat anak-anak mereka gagal audisi pencarian bakat, saat anak-anak mereka tak pandai bahasa asing, akan tetapi mereka tak merasa sedih atau marah ketika anak-anaknya tak bisa membaca Al-Quran, membiarkan anak-anak mereka tenggelam dalam kubangan maksiat, bahkan ikut terjerembab kedalamnya. Wal’iyadzu billaah.
Marilah kita tengok kembali lembar lembar sejarah daripada kisah generasi terbaik didikan Rasulullah shalallaahu ‘alaihi wasallam, berapa banyak nilai nilai keluhuran mereka yang hilang oleh karena kelalaian kita yang terlenakan dunia, lupa akan akhirat.
Boleh jadi Al Quran dengan mudahnya kita genggam, pun begitu dengan pelajaran pelajaran keagamaan yang dipelajari di sekolah sekolah ataupun madrasah, namun mengapa semua itu tak merubah keadaan menjadi lebih baik?
Lantas bagaimana kita mendidik generasi muda yang bernafaskan Al Quran, mengimani, menjiwai, dan mengamalkannya? Bagaimana bisa generasi terdahulu menjadi umat terbaik dalam sejarah??
Dalam kitab Ma’alim fit Thariq, Sayid Quthb memberikan jawaban bahwasannya ada tiga sebab yang menjadikan generasi sahabat menjadi generasi yang utama,yaitu:
- Al Quran sebagai rujukan utama dalam beramal
Mereka para sahabat merupakan “Al Quran yang berjalan”, karena senantiasa menjadikan Al Quran sebagai pedoman hidupnya. Jika Al Quran melarang mereka dari suatu perbuatan, segera mereka tinggalkan. Sebaliknya jika Al Quran memerintahkan mereka, segera mereka melaksanakan. Sebagaimana juga Rasulllah shalallaahu ‘alaihi wasallam.
Dalam Sebuah hadits Aisyah mengatakan berkenaan perilaku Rasulullah shalallaahu ‘alaihi wasallam:
كَانَ خُلُقُهُ الْقُرْأَنَ (رَوَاهُ النَّسَائِ)
“ Budi perkertinya adalah Al-Quran”. (HR Nasai)
- Al-Qur’an sebagai petunjuk dari Allah
Meraka membaca Al Qur’an bukan sekedar untuk membaca saja, untuk menambah pengetahuan saja, untuk menikmati keindahan sasteranya saja, tetapi mereka membaca Al Quran untuk menerima perintah tentang urusan pribadi, atau perintah untuk bersama.
Mereka diibaratkan sebagaiman prajurit/pasukan yang berada dilapangan mereka menerima perintah itu untuk segera dilaksanakan setelah mendengarnya. Karena itu mereka tidak minta tambah tugas sebelum dapat melaksanakan karena mereka merasa kan memperbanyak kewajiban dan tanggung jawab diatas pundaknya.
Ibnu Katsir rahimahullaah menceritakan kondisi para sahabat itu mengaji Al Quran, diantaranya sahabat Abdullah ibnu Mas’ud radhiallahu ‘anhu beliau berkata : “Jika seseorang di antara kami mempelajari/menghafal sepuluh ayat Al Quran, maka ia tidak berani menambahnya lagi sebelum mengerti benar maknanya dan mengamalkannya”.
Kita bisa melihat bagaimana sikap mereka ketika turun perintah tentang pengharaman khamr.
Allah berfirman :
“Hai orang-orang yang beriman, Sesungguhnya (meminum) khamr, berjudi, (berkorban untuk) berhala, mengundi nasib dengan panah adalah termasuk perbuatan syetan. Maka jauhilah perbuatan-perbuatan itu agar kamu mendapat keberuntungan”. (Al-Maidah [5]: 90)
Setelah turunnya ayat ini mereka langsung menuangkan khamr-khamr mereka yang ada dihadapan mereka, kemudian memberitahukan kepada teman-teman mereka bahwa khamr telah diharamkan Allah, maka ketika itu terjadilah di Madinah banjir khamr karena khamr-khamr diguci-guci mereka semua tumpahkan, sehingga memenuhi selokan-selokan mereka.
Dan masih banyak lagi kisah ketaatan para sahabat kepada Allah yang memerintahkan didalam Al-Qur’an misalnya: perintah untuk menutup aurat bagi kaum wanita, perintah untuk berinfak, perintah untuk shalat, dan sebagainya.
- Berislam secara keseluruhan
Para sahabat setelah mereka menerima Islam sebagai keyakinan mereka, Muhammad sebagai Rasul-Nya, Allah sebagai Rabnya mereka segera meninggalkan kebiasaan jahiliyah yang bertentangan dengan Islam tanpa ragu-ragu lagi.
Allah berfirman :
“Sesungguhnya orang-orang yang beriman itu hanyalah orang-orang yang percaya (beriman) kepada Allah dan Rasul-Nya, Kemudian mereka tidak ragu-ragu dan mereka berjuang (berjihad) dengan harta dan jiwa mereka pada jalan Allah. mereka Itulah orang-orang yang benar”. (Al-Hujurat [49]: 15)
Demikian cara dan metode Rasulullah shalallaahu ‘alaihi wasallam untuk membentuk umat yang Qurani yaitu dengan menjadikan Al Quran sebagai pedoman hidup. Karena Allah-lah yang menciptakan kita maka Allah-lah yang paling tahu bagaimana cara memperbaiki umat ini tidak lain dan tidak bukan yaitu dengan Al-Quran. Wallaahu a’alam[]
rumahhufazh.or.id
______________________________________________________________
Ayo bantu program berantas buta huruf Al-Quran bersama LPI-RH. Enam puluh lima persen penduduk Indonesia masih buta huruf Al-Quran.
Ayo donasi minimal Rp.100.000/bulan untuk membantu program kami.
LPI-RH melakukan penyaluran kepada lebih dari 20 penerima manfaat setiap bulannya, dengan penyaluran rata-rata 20 juta per bulan dan menghasilkan lebih dari 180 aktivitas pendidikan masyarakat per bulan.
Karena komitmen LPI-RH adalah mendorong SDM Pendidik dan Pendakwah membina masyarakat Islam. Kami peduli dan kami ajak Anda peduli.
Ayo donasi minimal Rp.100.000/bulan ke no.rekening,
BSM 70 9157 3525 a.n Yayasan Rumah Hufazh QQ Infaq
Konfirmasi ke 08961324556.