Alhamdulillah segala puji milik Allah Ta’ala. Shalawat dan salam teruntuk Rasulullah Shallallahu ‘alaihi Wasallam, keluarga dan para sahabatnya..Amma Ba’du.

Kehidupan seseorang di dunia ini dimulai dengan kelahirannya dari rahim sang ibu. Kemudian setelah ia hidup beberapa lama, iapun akan menemui sebuah kenyataan yang tidak bisa dihindari. Yakni kenyataan sebuah kematian yang akan menjemputnya.

Rutinitas kehidupan terkadang menyebabkan kita lupa pada kematian. Padahal, kematian itu adalah sebuah peristiwa besar yang pasti kita alami dan rasakan. Kematian adalah sunnatullah bagi setiap makhluk yang diberi-Nya kesempatan hidup di dunia ini, termasuk manusia.

Jika kematian itu adalah suatu keniscayaan yang pasti kita rasakan, maka mengapa kita seakan acuh tak acuh saja padanya? Mengapa kita seakan melupakannya? Mengapa kesibukan menjalani kehidupan sementara di dunia ini, menyebabkan kita seakan tidak maksimal dalam menghadapi kematian?

Memang perjalanan menuju akhirat merupakan suatu perjalanan yang panjang. Suatu perjalanan yang banyak aral dan cobaan. Yang dalam menempuhnya kita memerlukan perjuangan dan pengorbanan yang tidak sedikit. Yaitu suatu perjalanan yang menentukan apakah kita termasuk penduduk surga atau neraka.

Perjalanan itu diawali dengan kematian yang akan menjemput kita, yang kemudian dilanjutkan dengan pertemuan kita dengan alam akhirat. Karena keagungan perjalanan ini, Rasulullah shallallahu ’alaihi wasallam telah bersabda:

وَاللهِ لَوْ تَعْلَمُونَ مَا أَعْلَمُ لَضَحِكْتُمْ قَلِيلًا وَلبَكَيْتُمْ كَثِيرًا

Demi Allah, andai saja kalian mengetahui apa yang kuketahui, niscaya kalian akan sedikit tertawa dan banyak menangis.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Maksudnya apabila kita mengenal keagungan Allah dan mengetahui berbagai kejadian dahsyat saat sakaratul maut, kematian, azab kubur dan peristiwa hari kiamat, berikut siksaan bagi para pendosa, niscaya kita akan sedikit tertawa dan banyak menangis.

Allah subhanahu wa ta’ala berfirman,

“وَاْلأَخِرَةُ خَيْرٌ وَأَبْقَى”

Artinya: “Kehidupan akhirat itu lebih baik dan lebih kekal.” (QS. Al-A’la: 17).

Akan tetapi sering kali justru kita lupa akan perjalanan itu dan lebih memilih kehidupan dunia yang tidak ada nilainya di sisi Allah tabaraka wa ta’ala.

Mengingat kematian adalah ibadah yang mendatangkan pahala. Karena itu Rasulullah shallallahu ’alaihi wasallam memotivasi kita untuk banyak-banyak mengingat kematian. Dari Abu Hurairah radhiyallahu ’anhu bahwa Rasulullah shallallahu ’alaihi wasallam bersabda,

“أَكْثِرُوا ذِكْرَ هَاذِمِ اللَّذَّاتِ” يَعْنِي: “الْمَوْتَ”.

“Sering-seringlah mengingat pemutus kenikmatan”. Maksud beliau adalah: “kematian”. (HR. Tirmidzy)

Saat Nabi kita shallallahu ’alaihi wasallam memotivasi ummatnya untuk memperbanyak mengingat kematian, tentu dikarenakan di balik itu banyak manfaat positif yang akan dipetik. Tidak mungkin kita diperintahkan untuk melakukan sesuatu yang berakibat negatif serta merugikan diri kita sendiri.

Di antara hikmah mengingat kematian yaitu:

Pertama: Membangkitkan gairah dan semangat hidup

Mungkin ada yang bertanya, bukankah orang yang mengingat kematian justru dia akan merasa lesu, lemah, mudah menyerah dan putus asa? Memang ungkapan ini mungkin ada benarnya dari satu sisi. Namun bagi seorang mukmin yang meyakini adanya alam akhirat, adanya hari pembalasan dan meyakini akan datangnya hari di mana nyawa akan berpisah dari badan, hal ini menjadikannya memiliki semangat yang membaja. Semangat yang menggelora supaya dapat menghadapi hari-hari tersebut. Dia berusaha mempersiapkan bekal yang sebaik-sebaiknya sebagai persiapan saat maut datang menjemput. Dia menabung untuk akhiratnya dengan melakukan amal-amal ketaatan. Dia berusaha mempersiapkan sebaik-baik bekal, dan bekal terbaik adalah takwa.

Allah ta’ala berfirman,

وَتَزَوَّدُوا فَإِنَّ خَيْرَ الزَّادِ التَّقْوَى وَاتَّقُونِ يَا أُولِي الْأَلْبَابِ

Artinya: “Siapkanlah bekal. Karena sesungguhnya sebaik-baik bekal adalah takwa.Dan bertakwalah kepada-Ku hai orang-orang yang berakal”. (QS. Al-Baqarah: 197).

Sahabat yang mulia, putra dari sahabat yang mulia, Abdullah bin ‘Umar radhiyallahu’anhuma mengabarkan, “Aku sedang duduk bersama Rasulullah shallallahu’alaihi wasallam tatkala datang seorang lelaki dari kalangan Anshar. Ia mengucapkan salam kepada Rasulullah shallallahu’alaihi wasallam, lalu berkata, ‘Ya Rasulullah, siapakah mukmin yang paling utama?’ Beliau menjawab, ‘Yang paling baik akhlaknya di antara mereka. “Siapakah mukmin yang paling cerdas?’, tanya lelaki itu lagi. Beliau menjawab,

“أَكْثَرُهُمْ لِلْمَوْتِ ذِكْرًا وَأَحْسَنُهُمْ لَهُ اسْتِعْدَادًا قَبْلَ أَنْ يَنْزِلَ بِهِمْ. أُولَئِكَ مِنَ الأَكْيَاسِ”

“Orang yang paling banyak mengingat mati dan paling baik persiapannya sebelum kedatangan kematian. Mereka itulah orang-orang yang cerdas”. (HR. Al-Hakim)

Manfaat kedua: Menumbuhkan ketenangan dalam jiwa

Seorang mukmin meyakini bahwa kematian pasti datang. Bila telah tiba waktunya, maka tidak ada yang bisa menundanya atau memajukannya walaupun sedetik.

“وَلِكُلِّ أُمَّةٍ أَجَلٌ فَإِذَا جَاءَ أَجَلُهُمْ لَا يَسْتَأْخِرُونَ سَاعَةً وَلَا يَسْتَقْدِمُونَ”

Artinya: “Setiap manusia telah ditetapkan ajalnya. Apabila ajal itu datang kepadanya, tidaklah dapat ditunda atau dimajukan sesaat pun”. (QS. Al-A’raf: 34).

Tapi bagi orang yang tidak ingat kepada hari pembalasan, tidak memahami akan hakikat kematian, seringkali dihantui oleh berbagai rasa takut, takut ini dan takut itu, takut mati dan sebagainya. Terkadang ada orang yang mau makan, tapi merasa takut, takut kalau makanan itu ada racunnya. Kalau berjalan, naik mobil atau naik pesawat selalu dihantui rasa takut. Jangan-jangan mobilnya tabrakan, jangan-jangan pesawatnya meledak. Dan berbagai kekhawatiran lainnya.

Berbeda dengan seorang mukmin, hidupnya selalu pasrah kepada Allah subhanahu wa ta’ala. Dia selalu sabar dan tenang dalam menjalani kehidupannya, dia yakin bahwa tidak ada yang menimpanya kecuali sesuatu yang telah  digariskan oleh Allah. Dalam surat at-Taubah ayat  51 ditegaskan,

“قُلْ لَنْ يُصِيبَنَا إِلَّا مَا كَتَبَ اللَّهُ لَنَا هُوَ مَوْلَانَا وَعَلَى اللَّهِ فَلْيَتَوَكَّلِ الْمُؤْمِنُونَ”

Artinya: “Katakanlah, “Sekali-kali tidak akan menimpa kami melainkan apa yang telah ditetapkan Allah untuk kami. Dialah Pelindung kami, dan hanya kepada Allah orang-orang yang beriman harus bertawakal.”

Manfaat ketiga: Ringan menghadapi berbagai ujian duniawi

Siapapun yang hidup di dunia pasti akan mengalami ujian dan cobaan. Entah ujian ekonomi, rasa sedih, sakit, kecewa, galau dan lain sebagainya. Sedih karena ditinggal mati orang yang amat disayangi. Rasa sakit karena menderita penyakit berat yang menahun. Kecewa karena gagal meraih keuntungan duniawi dalam bisnis yang telah diprediksikan mendatangkan untung besar.

Orang yang beriman dalam menghadapi berbagai ujian tersebut akan bersikap tegar dan tidak mudah terombang-ambing oleh gelombang dahsyatnya musibah. Sebab dia sadar betul bahwa badai pasti berlalu. Dia juga meyakini bahwa segala pernak-pernik keindahan duniawi itu tidaklah akan dibawanya ke liang kubur.

Al-Hasan Al-Bashri rahimahullah berkata,

“مَا أَلْزَمَ عَبْدٌ قَلْبَهُ ذِكْرَ الْمَوْتِ إِلاَّ صَغُرَتِ الدُّنْيَا عِنْدَهُ وَهَانَ عَلَيْهِ جَمِيْعُ مَا فِيْهَا”.

“Tidaklah hati seorang hamba sering mengingat mati melainkan dunia terasa kecil dan tiada berarti baginya. Dan semua yang ada di atas dunia ini hina baginya.”

Jadi, mengingat kematian haruslah menjadi bagian tak terpisahkan dari rangkaian waktu kehidupan yang dijalani. Mengingat kematian tidak hanya sekedar mengingat, namun harus diikuti dengan amalan yang terus menerus dan sungguh-sungguh. Amalan untuk mempersiapkan kehidupan abadi di akhirat, yang hanya memiliki dua tempat yakni surga dan neraka.

Semoga Allah senantiasa menganugerahkan kepada kita taufiq dan hidayahNya, serta menetapkan bagi kita akhir hidup yang baik..Aamiin[]

 

rumahhufazh.or.id

______________________________________________________________

Ayo bantu program berantas buta huruf Al-Quran bersama LPI-RH. Enam puluh lima persen penduduk Indonesia masih buta huruf Al-Quran.

Ayo donasi minimal Rp.100.000/bulan untuk membantu program kami.

LPI-RH melakukan penyaluran kepada lebih dari 20 penerima manfaat setiap bulannya, dengan penyaluran rata-rata 20 juta per bulan dan menghasilkan lebih dari 180 aktivitas pendidikan masyarakat per bulan.

Karena komitmen LPI-RH adalah mendorong SDM Pendidik dan Pendakwah membina masyarakat Islam. Kami peduli dan kami ajak Anda peduli.

Ayo donasi minimal Rp.100.000/bulan ke no.rekening,

BSM 70 9157 3525 a.n Yayasan Rumah Hufazh QQ Infaq

Konfirmasi ke 08961324556.

Print Friendly, PDF & Email
rumahhufazh.or.id

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.