Al-Hamdulillah, segala puji milik Allah. Shalawat dan salam teruntuk Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam, keluarga dan para sahabatnya.
Sebagaimana diketahui, Allah memerintahkan kepada kita untuk beribadah kepada-Nya. Setelah itu Allah Subhanahu wa Ta’ala akan membalas pahala amal ibadah, sesuai dengan tingkatannya. Namun, kita perlu menyadari, bahwa amal ibadah kita, tidak semua akan diterima. Allah Subhanahu wa Ta’ala telah menetapkan persyaratan-persyaratan yang harus dipenuhi
Amal ibadah akan diterima Allah Subhanahu wa Ta’ala, jika memenuhi dua syarat;
Pertama, Ikhlas. Artinya, beribadah hanya kepada-Nya saja dan karena Allah Subhanahu wa Ta’ala. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“Sesungguhnya Allah tidak menerima satu amalan, kecuali amalan yang diikhlaskan untuk-Nya dan untuk mencari wajah-Nya.” (HR. An-Nasa’i)
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam juga bersabda,
إِنَّمَا الأَعْمَالُ بِالنِّيَاتِ
“Sesunguhnya amal itu tergantung niatnya.”
Dalam hadits lain,
إِنَّ اللَّهَ لَا يَنْظُرُ إِلَى صُوَرِكُمْ وَأَمْوَالِكُمْ وَلَكِنْ يَنْظُرُ إِلَى قُلُوبِكُمْ وَأَعْمَالِكُمْ
“Sesungguhnya Allah tidak melihat kepada bentuk rupa dan harta kalian, akan tetapi Allah melihat kepada hati dan amal-amal kalian.” (HR. Muslim)
Masalah keikhlasan ini berkaitan dengan hati. Dan masalah hati tidak bisa dipisahkan dengan niat. Perkara ini terkadang banyak diremehkan oleh manusia, sehingga merasa tidak perlu lagi mengoreksi hati. Tidakkah kita mengetahui, bahwa masalah ini dianggap besar oleh para ulama salaf? Tengoklah yang dikatakan oleh Sufyan Tsauri, “Tidaklah aku mengobati sesuatu yang lebih berat daripada niatku. Karena dia berbolak-balik.”
Itulah pandangan ulama salaf dalam masalah hati. Masalah hati sangat mereka perhatikan ketika beramal. Sehingga dalam sejarah perjalanan hidup mereka, kita mendapati berbagai macam usaha yang mereka lakukan untuk menjaganya, dan menutup pintu masuk setan yang hendak membelokkannya. Ingatlah, setan merupakan musuh orang-orang beriman. Dia tidak akan pernah tinggal diam. Dia akan selalu berusaha dengan segala cara untuk menggoda manusia, sehingga rusaklah amal.
Kedua, agar diterimanya amal seseorang, ialah ittiba. Artinya, amal ibadah itu harus sesuai dengan tuntunan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Beliaulah utusan Allah yang diperintahkan untuk menyampaikan risalah-Nya. Sebagai utusan-Nya, beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam merupakan manusia yang paling mengetahui tentang risalah-Nya. Dan semuanya sudah disampaikan oleh beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam. Maka sudah seharusnya kaum muslimin mengikuti beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam. Allah berfirman,
قُلْ إِن كُنتُمْ تُحِبُّونَ اللهَ فَاتَّبِعُونِي يُحْبِبْكُمُ اللهُ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَاللهُ غَفُورٌ رَّحِيمٌ
“Katakanlah, ‘Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu.’ Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS. Ali Imran: 31)
Demikian itulah dua syarat yang disimpulkan oleh para ulama dari banyak dalil, baik dari Alquran maupun sunah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Kedua syarat inilah yang akan menentukan amal kita diterima ataukah ditolak. Jika salah satunya tidak terpenuhi, maka tidak akan diterima. Jika persyaratan yang tidak terpenuhi itu syarat yang pertama, maka si pelaku bisa terjerembab ke dalam lembah kesyirikan, wal’iyadzubillah. Sedangkan jika yang tidak terpenuhi itu syarat yang kedua, maka si pelaku masuk ke dalam perbuatan bid’ah yang sesat.
Imam Ibnul Qayim mengatakan, “Seseorang tidak akan mungkin bisa merealisasikan iyyaka na’budu (maksudnya peribadatan kepada Allah), kecuali dengan dua dasar. Yaitu ikhlas dan mutaba’ah (mengikuti Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam).
Fudhail Bin Iyadh, menjelaskan makna ayat,
الَّذِي خَلَقَ الْمَوْتَ وَالْحَيَاةَ لِيَبْلُوَكُمْ أَيُّكُمْ أَحْسَنُ عَمَلاً وَهُوَ الْعَزِيزُ الْغَفُورُ
“Yang menjadikan mati dan hidup, supaya Dia menguji kamu, siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya. Dan Dia Maha Perkasa lagi Maha Pengampun.” (QS. Al Mulk: 2)
Maksud kalimat ahsanu amalan ialah yang paling ikhlas dan paling benar amalnya. Orang-orang bertanya, “Wahai Abu Ali. Apa yang dimaksud dengan yang paling ikhlas dan paling benar amalnya?” Beliau menjawab, “Sesungguhnya amal itu, jika dikerjakan ikhlas karena Allah akan tetapi tidak sesuai dengan tuntunan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, maka tidak akan diterima Allah Subhanahu wa Ta’ala. Demikian juga jika amal itu benar sesuai dengan yang diajarkan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, akan tetapi tidak ikhlas, maka tidak diterima Allah sampai amal tersebut memenuhi dua syarat, yaitu ikhlas dan benar sesuai dengan yang diajarkan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.” (Hujajul Qawiyyah, Hal. 12)
Amalan-amalan yang telah memenuhi kedua syarat tersebut, dinamakan dengan amal shalih. Allah telah menjelaskan dalam firman-Nya,
فَمَنْ كَانَ يَرْجُوا لِقَآءَ رَبِّهِ فَلْيَعْمَلْ عَمَلاً صَالِحًا وَلاَيُشْرِكُ بِعِبَادَةِ رَبِّهِ أَحَدًا
“Barangsiapa mengharap perjumpaan dengan Rabbnya, maka hendaklah ia mengerjakan amal yang shalih dan janganlah ia mempersekutukan seorangpun dalam beribadat kepada Rabb-nya.” (QS. Al-Kahfi: 110)
Juga dalam firman-Nya,
بَلَى مَنْ أَسْلَمَ وَجْهَهُ لِلَّهِ وَهُوَ مُحْسِنُ فَلَهُ أَجْرُهُ عِندَ رَبِّهِ وَلاَخَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلاَهُمْ يَحْزَنُونَ
“(Tidak demikian) dan bahkan barangsiapa yang menyerahkan diri kepada Allah, sedang ia berbuat kebajikan, maka baginya pahala pada sisi Rabb-nya dan tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati.” (QS. Al-Baqarah: 112)
Sebagai seorang muslim, kita harus berusaha untuk mewujudkan kedua persyaratan tersebut ketika beramal. Rasanya sulit bagi kita untuk mewujudkannya, kecuali dengan senantiasa belajar dan belajar lagi. Dan alhamdulillah, pada saat ini kita tidak terlalu kesulitan mempelajari agama kita. Berbagai media telah dimanfaatkan oleh para dai untuk membantu kita dalam memahami ajaran Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Kemudian bagaimanakah kita sekarang. Maukah kita mempelajari agama ini untuk memperbaiki amaliah kita? Mudah-mudahan Allah Subhanahu wa Ta’ala memberikan kepada kita kemudahan untuk mempelajari, memahami dan selanjutnya mengamalkan ilmu yang sudah kita terima..Aamiin[]
rumahhufazh.or.id
______________________________________________________________
Ayo bantu program berantas buta huruf Al-Quran bersama LPI-RH. Enam puluh lima persen penduduk Indonesia masih buta huruf Al-Quran.
Ayo donasi minimal Rp.100.000/bulan untuk membantu program kami.
LPI-RH melakukan penyaluran kepada lebih dari 20 penerima manfaat setiap bulannya, dengan penyaluran rata-rata 20 juta per bulan dan menghasilkan lebih dari 180 aktivitas pendidikan masyarakat per bulan.
Karena komitmen LPI-RH adalah mendorong SDM Pendidik dan Pendakwah membina masyarakat Islam. Kami peduli dan kami ajak Anda peduli.
Ayo donasi minimal Rp.100.000/bulan ke no.rekening,
BSM 70 9157 3525 a.n Yayasan Rumah Hufazh QQ Infaq
Konfirmasi ke 08961324556.