Segala puji milik Allah Ta’ala, Rabb semesta alam. Shalawat dan salam semoga tetap terlimpah kepada Nabiyyina Muhammad, beserta keluarga dan para sahabatnya serta pengikutnya yang setia hingga akhir zaman.
Dalam sebuah hadits Qudsi, yang shahih, diriwayatkan oleh Imam Muslim, Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda, Allah Ta’ala berfirman:
يَا عِبَادِي إِنِّي حَرَّمْتُ الظُّلْمَ عَلىَ نَفْسِي وَجَعَلْتُهُ بَيْنَكُمْ مُحَرَّماً، فَلاَ تَظَالَمُوا
“Wahai hamba-Ku, sesungguhnya Aku telah mengharamkan kezaliman atas diri-Ku dan Aku telah menetapkan haramnya (kezaliman itu) di antara kalian, maka janganlah kalian saling berlaku zalim.”
Sebagian ulama mengatakan bahwa hadits ini adalah kebanggaan bagi penduduk Syam, karena mayoritas sanad hadits ini adalah para perawi dari sana. Salah seorang dari mereka adalah Abu Idris Al-Khaulani. Ketika membaca hadits ini, ia terdiam, kemudian tersungkur dan terbujur kaku karena penghayatannya terhadap hadits ini.
Dosa perbuatan zalim sangat besar. Oleh karena itu Allah menjadikan kebalikan dari kezaliman adalah keadilan. Berbuat adil adalah pesan yang selalu disampaikan oleh khatib di akhir khotbahnya: Inna Allah ya’muru bil Adl (Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) berlaku adil).
Perbuatan zalim itu dibagi menjadi tiga;
Pertama, adalah kezaliman seseorang terhadap Allah Azza wa Jalla.
Wujudnya adalah melakukan kesyirikan terhadap Allah ta’ala dengan beribadah kepada selain Allah, dan ini adalah sebesar-besar kezaliman yang menjauhkan manusia dari rahmat serta ampunan Allah Ta’ala.
الَّذِينَ آمَنُوا وَلَمْ يَلْبِسُوا إِيمَانَهُمْ بِظُلْمٍ أُولَٰئِكَ لَهُمُ الْأَمْنُ وَهُمْ مُهْتَدُونَ
“Orang-orang yang beriman dan tidak mencampuradukkan iman mereka dengan kezaliman (syirik), mereka itulah orang-orang yang mendapat keamanan dan mereka itu adalah orang-orang yang mendapat petunjuk.” (Al-An’am: 82)
Para Sahabat sulit memahami ayat tersebut, sehingga mereka datang mengadu kepada Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam:
“Wahai Rasulullah siapa di antara kita yang tidak menzalimi dirinya?” Rasulullah menjawab:
“Sesungguhnya bukan seperti yang kalian sangka! Apakah kalian belum mendengar apa yang dikatakan oleh seorang hamba yang saleh:
يَا بُنَيَّ لا تُشْرِكْ بِاللَّهِ إِنَّ الشِّرْكَ لَظُلْمٌ عَظِيمٌ
إنما هو الشرك
‘Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan Allah, sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman yang besar.’ (Luqman : 13).
Sesungguhnya yang dimaksud dengan hal tersebut adalah kesyirikan.”
Kedua, adalah kezaliman seseorang terhadap makhluk.
Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda:
من حلف على يمين يستحق بها مالا وهو فيها فاجر لقي الله وهو عليه مَنِ اقْتَطَعَ حَقَّ امْرِئٍ مُسْلِمٍ بِيَمِينِهِ، فَقَدْ أَوْجَبَ اللهُ لَهُ النَّارَ، وَحَرَّمَ عَلَيْهِ الْجَنَّةَ” فَقَالَ لَهُ رَجُلٌ: وَإِنْ كَانَ شَيْئًا يَسِيرًا يَا رَسُولَ اللهِ؟ قَالَ: “وَإِنْ قَضِيبًا مِنْ أَرَاكٍ
“Barangsiapa yang mengambil harta saudaranya dengan sumpahnya, maka Allah mewajibkan dia masuk neraka dan mengharamkan masuk surga. Lalu ada seorang yang bertanya, “Wahai Rasulullah, meskipun hanya sedikit?” Beliau menjawab, “Meskipun hanya sebatang kayu araak (kayu untuk siwak). (HR. Muslim)
Ketiga, yakni kezaliman seseorang kepada dirinya sendiri.
Imam Nawawi di dalam kitab Arba’in-nya menorehkan sebuah hadits yang cukup untuk menjadi pelajaran bagi kita.
Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda:
مِنْ حُسْنِ إِسْلاَمِ الْمَرْءِ تَرْكُهُ مَا لاَ يَعْنِيهِ
“Di antara kebaikan Islam seseorang adalah meninggalkan hal yang tidak bermanfaat” (HR. Tirmidzi dan Ibnu Majah)
Kita dilahirkan dan hidup dalam banyak kenikmatan, tangan, kaki, mata, telinga dan akal yang sehat. Bila itu kita pakai untuk urusan yang tidak bermanfaat, artinya kita sedang menzalimi diri sendiri. Maka ukurlah dengan timbangan Agama, apakah Kitaa sedang melakukan hal yang bermanfaat atau sebaliknya.
Ibnu Qudamah menceritakan bahwa suatu ketika Luqman Al-Hakim melewati Nabi Dawud ‘Alaihi Salam yang sedang membuat baju besi. Maka terbesit dalam diri Lukman, untuk menanyakan untuk apa membuat baju besi. Namun kemudian ia berpikir, “Seandainya aku bertanya tentang hal tersebut, apa manfaatnya bagi diriku?”
Menurut kacamata Islam, itu pertanyaan yang mubah, boleh dan halal. Tetapi seorang hamba yang saleh akan senantiasa berpikir sebelum berbicara dan berbuat. Akhirnya, Lukman menahan lidahnya dan hanya mengucapkan salam kepada Dawud. Nabi Dawud ‘Alaihi Salam menjawab salamnya, seraya mengatakan:
“Sebaik-baik baju besi itu digunakan untuk berperang.” Dengan demikian, Lukman mendapatkan jawaban. Maka ia mengatakan, “Sesungguhnya di antara diam ada hikmah yang terkandung di dalamnya.”
Demikianlah setiap mu’min selayaknya memperhatikan setiap gerak geriknya dalam segala hal, apakah yang dilakukannya memberikan manfaat untuk dirinya dan orang lain ataukah hanya menjerumuskan dirinya pada kezaliman?
Semoga Allah Subhanahu Wa Ta’ala senantiasa mencurahkan kepada kita taufiq serta hidayahNya, agar kita dijauhkan dari sifat zalim dan mampu memanfaatkan setiap nafas kehidupan kita di jalan yang diridhaiNya…Aamiin[]
rumahhufazh.or.id
______________________________________________________________
Ayo bantu program berantas buta huruf Al-Quran bersama LPI-RH. Enam puluh lima persen penduduk Indonesia masih buta huruf Al-Quran.
Ayo donasi minimal Rp.100.000/bulan untuk membantu program kami.
LPI-RH melakukan penyaluran kepada lebih dari 20 penerima manfaat setiap bulannya, dengan penyaluran rata-rata 20 juta per bulan dan menghasilkan lebih dari 180 aktivitas pendidikan masyarakat per bulan.
Karena komitmen LPI-RH adalah mendorong SDM Pendidik dan Pendakwah membina masyarakat Islam. Kami peduli dan kami ajak Anda peduli.
Ayo donasi minimal Rp.100.000/bulan ke no.rekening,
BSM 70 9157 3525 a.n Yayasan Rumah Hufazh QQ Infaq
Konfirmasi ke 08961324556.