Segala puji milik Allah Ta’ala, Rabb semesta alam. Shalawat dan salam semoga tetap terlimpah kepada Nabiyyina Muhammad, beserta keluarga dan para sahabatnya serta pengikutnya yang setia hingga akhir zaman.

Sebuah situs berbahasa Arab di bawah Lembaga Dakwah dan Bimbingan Kegamaan, Kementrian Urusan Wakaf dan Keislaman Negara Qatar (islamweb) merilis sebuah pertanyaan seorang netizen mengenai boleh tidaknya tradisi sedekah jamuan makan selepas shalat jum’at di daerahnya.

Tradisi yang berlangsung setiap hari jumat itu diberi nama walimatul Jum’ah. Tanpa menunggu instruksi, warga kampung dan jamaah shalat Jum’at tua maupun muda biasa berkumpul untuk makan siang bersama yang disediakan oleh para dermawan.

Dalam jawabannya, situs tersebut menuliskan tidak adanya  alasan syar’i yang melarang makan siang bersama selepas shalat Jum’at, bahkan termasuk bagian dari memberi makan yang diperintahkan Islam jika niatnya untuk bersedekah kepada yang lain. Dan lebih utama lagi jika dihadiri orang orang faqir miskin.

Allah Subahanahu wa Ta’ala berfirman,

وَيُطْعِمُونَ الطَّعَامَ عَلَى حُبِّهِ مِسْكِينًا وَيَتِيمًا وَأَسِيرًا؛ إِنَّمَا نُطْعِمُكُمْ لِوَجْهِ اللَّهِ لَا نُرِيدُ مِنْكُمْ جَزَاءً وَلَا شُكُورًا

Dan mereka memberikan makanan yang disukainya kepada orang miskin, anak yatim dan orang yang ditawan. Sesungguhnya Kami memberi makanan kepadamu hanyalah untuk mengharapkan keridaan Allah, kami tidak menghendaki balasan dari kamu dan tidak pula (ucapan) terima kasih.” (QS. Al-Insan: 8-9)

Yang demikian itu adalah percikan sifat Al-Abrar (orang-orang baik) yang disebutkan di ayat ke 5 surat tersebut. Syaikh As-Sa’di berkata tentang mereka, “dan mereka adalah orang-orang yang baik hatinya. Hati mereka berisi mahabbah dan ma’rifah kepada Allah serta akhlak mulia sehingga menjadi baik pula anggota tubuh mereka dan dipakai untuk berbuat kebaikan.”

Allah Ta’ala pun menyebutkan diantara sifat Ashhabul Maimanah/golongan kanan (orang orang) yang masuk syurga ialah mereka yang gemar memberi makan orang yang membutuhkan.

أوْ إِطْعَامٌ فِي يَوْمٍ ذِي مَسْغَبَةٍ؛ يَتِيمًا ذَا مَقْرَبَةٍ؛ أَوْ مِسْكِينًا ذَا مَتْرَبَةٍ

Atau memberi makan pada hari kelaparan, (kepada) anak yatim yang ada hubungan kerabat, atau orang miskin yang sangat fakir.” (QS. Al-Balad: 14-16)

Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam sangat menganjurkan untuk memberi makan dan menjadikannya sebagai sebab masuk surga.

يَا أَيُّهَا النَّاسُ، أَفْشُوا السَّلَامَ، وَأَطْعِمُوا الطَّعَامَ، وَصَلُّوا وَالنَّاسُ نِيَامٌ تَدْخُلُونَ الجَنَّةَ بِسَلَام

Wahai manusia! terbarkan salam, berilah makan, shalatla saat manusia tidur maka kalian akan masuk surga dengan kesejahteraan.” (HR. Al-Tirmidzi, beliau nyatakan sebagai hadits shahih)

Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam pun pernah ditanya tentang amal yang terbaik. Beliau menjawab,

تُطْعِمُ الطَّعَامَ وَتَقْرَأُ السَّلَامَ عَلَى مَنْ عَرَفْتَ وَمَنْ لَمْ تَعْرِفْ

Kamu beri makan dan mengucapkan salam kepada orang yang kau kenal dan tak kau kenal.” (Muttafaq ‘Alaih)

Melalui acara tersebut penulis memandang ukhuwah masyarakat yang akan terbina, dan memberikan kegembiraan tersendiri, disamping memupuk rasa kepedulian terhadap orang lain.

Perlu diketahui,hal serupa juga pernah terjadi pada zaman Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam. Disebutkan dari Abu Hazim Radhiyallahu ‘Anhu, dari Sahal Radhiyallahu ‘Anhu berkata,

قَالَ كُنَّا نَفْرَحُ يَوْمَ الْجُمُعَةِ قُلْتُ وَلِمَ قَالَ كَانَتْ لَنَا عَجُوزٌ تُرْسِلُ إِلَى بُضَاعَةَ قَالَ ابْنُ مَسْلَمَةَ نَخْلٍ بِالْمَدِينَةِ فَتَأْخُذُ مِنْ أُصُولِ السِّلْقِ فَتَطْرَحُهُ فِي قِدْرٍ وَتُكَرْكِرُ حَبَّاتٍ مِنْ شَعِيرٍ فَإِذَا صَلَّيْنَا الْجُمُعَةَ انْصَرَفْنَا وَنُسَلِّمُ عَلَيْهَا فَتُقَدِّمُهُ إِلَيْنَا فَنَفْرَحُ مِنْ أَجْلِهِ وَمَا كُنَّا نَقِيلُ وَلَا نَتَغَدَّى إِلَّا بَعْدَ الْجُمُعَةِ

Kami sangat gembira bila tiba hari Jum’at.” Saya (Abu Hazim) bertanya kepada Sahal: “Mengapa demikian?” Jawabnya:  “Ada seorang nenek tua yang pergi ke Budha’ah -sebuah kebun di Madinah- untuk mengambil ubi dan memasaknya di sebuah periuk dan juga membuat adonan dari biji gandum. Apabila kami selesai shalat Jum’at, kami pergi dan mengucapkan salam padanya lalu dia akan menyuguhkan (makanan tersebut) untuk kami. Itulah sebabnya kami sangat gembira. Tidaklah kami tidur siang dan makan siang kecuali setelah jumat.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Dengan demikian penulis menyimpulkan acara sedekah makan selepas shalat jumat tersebut adalah suatu amalan yang baik, yang dicintai Allah Ta’ala jika diiringi dengan niat yang ikhlas, dan terkumpul didalamnya para faqir miskin sehingga terbangunlah ukhuwah masyarakat serta kepedulian mereka terhadap sesama. Wallaahu a’lam.[]

 

rumahhufazh.or.id

______________________________________________________________

Ayo bantu program berantas buta huruf Al-Quran bersama LPI-RH. Enam puluh lima persen penduduk Indonesia masih buta huruf Al-Quran.

Ayo donasi minimal Rp.100.000/bulan untuk membantu program kami.

LPI-RH melakukan penyaluran kepada lebih dari 20 penerima manfaat setiap bulannya, dengan penyaluran rata-rata 20 juta per bulan dan menghasilkan lebih dari 180 aktivitas pendidikan masyarakat per bulan.

Karena komitmen LPI-RH adalah mendorong SDM Pendidik dan Pendakwah membina masyarakat Islam. Kami peduli dan kami ajak Anda peduli.

Ayo donasi minimal Rp.100.000/bulan ke no.rekening,

BSM 70 9157 3525 a.n Yayasan Rumah Hufazh QQ Infaq

Konfirmasi ke 08961324556.

Print Friendly, PDF & Email
rumahhufazh.or.id

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.