Segala puji milik Allah Ta’ala, Rabb semesta alam. Shalawat dan salam semoga tetap terlimpah kepada Nabiyyina Muhammad, beserta keluarga dan para sahabatnya serta pengikutnya yang setia hingga akhir zaman.
Tauhid adalah asas agama Islam, tauhid adalah ikhlas, menjadikan amal ibadah hanya untuk Allah semata. Karena itu, seseorang tidak boleh meminta kecuali hanya kepada Allah Ta’ala dalam hal-hal yang memang hanya Allah yang mampu melakukannya. Seseorang hanya boleh beristighatsah kepada Allah, tidak boleh meminta pertolongan dan kesembuhan kecuali hanya kepada Allah, karena Allah Ta’ala adalah Dzat yang mengabulkan doa seorang hamba. Dialah yang mengangkat kesulitan dan menghilangkan kesempitan. Di tangan-Nyalah kunci segala perkara dan urusan. Tidak ada Rabb kecuali Dia. Dan tidak ada sesembahan yang benar kecuali Dia.
Perkara yang dapat mengurangi nilai tauhid, atau bahkan menghilangkan tauhid sama sekali adalah mengalungkan atau melingkarkan gelang benda-benda tertentu. Dalam rangka mendapat kebaikan atau keberuntungan. Atau menolak bahaya dan balak. Yang demikian adalah perbuatan syirik kepada Allah Ta’ala. Contoh nyatanya adalah dengan mengalungkan atau menggelangkan jimat. Allah berfirman,
﴿قُلْ أَفَرَأَيْتُمْ مَا تَدْعُونَ مِنْ دُونِ اللَّهِ إِنْ أَرَادَنِيَ اللَّهُ بِضُرٍّ هَلْ هُنَّ كَاشِفَاتُ ضُرِّهِ أَوْ أَرَادَنِي بِرَحْمَةٍ هَلْ هُنَّ مُمْسِكَاتُ رَحْمَتِهِ قُلْ حَسْبِيَ اللَّهُ عَلَيْهِ يَتَوَكَّلُ الْمُتَوَكِّلُونَ ﴾
Katakanlah: “Maka terangkanlah kepadaku tentang apa yang kamu seru selain Allah, jika Allah hendak mendatangkan kemudharatan kepadaku, apakah berhala-berhalamu itu dapat menghilangkan kemudharatan itu, atau jika Allah hendak memberi rahmat kepadaku, apakah mereka dapat menahan rahmat-Nya?. Katakanlah: “Cukuplah Allah bagiku”. Kepada-Nya-lah bertawakkal orang-orang yang berserah diri. (QS:Az-Zumar | Ayat: 38).
Wajib bagi seseorang bersandar hanya kepada Allah Ta’ala. Meminta kesembuhan, menolak bala atau menghilangkannya, hanya kepada Allah Ta’ala. Dialah Allah yang Maha Memberi dan Mencegah. Dialah yang menimpakan dan mengangkatnya. Segala sesuatu berada dalam kuasa-Nya.
Diriwayatkan oleh Ibnu Majah dan Ahmad, dari Imran bin Husein radhiallahu ‘anhu:
أَنَّ النَّبِيَّ صلى الله عليه وسلم رَأَى رَجُلًا فِي يَدِهِ حَلْقَةٌ مِنْ صُفْرٍ – والصفر : النحاس- فَقَالَ مَا هَذِهِ الْحَلْقَةُ ؟ قَالَ هَذِهِ مِنْ الْوَاهِنَةِ – والواهنة : مرض يصيب العضد- قَالَ صلى الله عليه وسلم : انبِذْهَا – وفي رواية انْزِعْهَا – فَإِنَّهَا لَا تَزِيدُكَ إِلَّا وَهْنًا ، فَإِنَّكَ لَوْ مِتَّ وَهِيَ عَلَيْكَ مَا أَفْلَحْتَ أَبَدًا
Nabi melihat seorang laki-laki yang di tangannya terdapat gelang kuningan. Kemudian beliau bertanya, “Apa ini?” Orang itu menjawab, “Penangkal sakit –yang antara siku hingga ketiak-.” Nabi pun bersabda, “Lepaskan itu, karena ia hanya akan menambah kelemahan pada dirimu. Sungguh jika kamu mati dan gelang itu masih ada pada tubuhmu, kamu tidak akan beruntung selama-lamanya.”
Diriwayatkan oleh Imam Ahmad dari Uqbah bin Amir radhiallahu ‘anhu bahwasanya Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda,
مَنْ تَعَلَّقَ تَمِيمَةً فَلاَ أَتَمَّ اللَّهُ لَهُ وَمَنْ تَعَلَّقَ وَدَعَةً فَلاَ وَدَعَ اللَّهُ لَهُ
“Barangsiapa yang menyandarkan diri pada tamimah (jimat), maka Allah tidak akan menyelesaikan urusannya. Barangsiapa yang menggantungkan hati pada kerang untuk mencegah dari ‘ain, yaitu mata hasad atau iri), maka Allah tidak akan memberikan kepadanya jaminan.”
Dalam riwayat lain disebutkan,
مَنْ عَلَّقَ تَمِيمَةً فَقَدْ أَشْرَكَ
“Barangsiapa yang menggantungkan tamimah (jimat), maka ia telah berbuat syirik.”
Dan Nabi ‘Alaihishalatu Wassalam juga bersabda,
إِنَّ الرُّقَى وَالتَّمَائِمَ وَالتِّوَلَةَ شِرْكٌ
“Sesungguhnya mantera-mantera, jimat-jimat dan pelet adalah syirik.” (HR. Abu Daud, Ibnu Majah, dan Ahmad).
Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam menasihati umatnya dengan yang demikian agar umatnya tetap menggantungkan hati mereka kepada Rabb mereka. Kepada Allah yang menciptakan dan melindungi mereka. Hanya dariNya lah kesembuhan. Dan hanya kepadaNyalah kita mengadu. Bukan kepada gelang atau kalung. Bukan pula kepada tembaga dan besi. Bukan juga kepada kerang atau batu. Atau makhluk-makhluk lainnya yang tidak bisa memberi keberuntungan kepad diri mereka sendiri apalagi kepada orang lain.
Menggantungkan benda-benda ini. Menjadikannya sebagai kalung atau gantungan-gantungan di rumah tidak terlepas dari dua hal:
Pertama: seseorang yang menggantungkan itu berkeyakinan bahwa benda-benda tersebut dapat memberi kesembuhan dan menghilangkan musibah. Jika mereka berkeyakinan demikian, maka mereka telah melakukan syirik besar yang mengeluarkan pelakunya dari Islam. Dalil-dalil tentang hal ini jelas dan tegas.
Kedua: orang yang menggantungkan tersebut berkeyakinan bahwa yang memberi manfaat dan menolak bahaya adalah Allah Ta’ala. Akan tetapi alasan mereka menggantungkan jimat-jimat tersebut adalah mereka sangka jimat tersebut sebagai wasilah untuk mendapatkan kesembuhan dan kebaikan. Dalam keadaan demikian, pelakunya telah melakukan syirik kecil yang mengurangi kesempurnaan tauhid.
Mengapa? Karena manusia dengan mudah bisa mengetauhi bahwa benda-benda tersebut bukanlah wasilah untuk mendatangkan kebaikan. Oleh karena itu, wajib bagi setiap muslim untuk menjaga tauhid mereka dari segala yang dapat mengurangi atau bahkan menghilangkannya. Atau merusaknya, baik sebagian apalagi keseluruhan.
Seorang muslim wajib menggantungkan hati mereka kepada Allah Ta’ala semata. Tidak boleh menggantungkan hati kepada Allah juga kepada yang lain. Apabila Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam mengalami sakit, beliau berdoa:
اللَّهُمَّ رَبَّ النَّاسِ أَذْهِبْ الْبَاسَ ، اشْفِهِ وَأَنْتَ الشَّافِي ، لَا شِفَاءَ إِلَّا شِفَاؤُكَ ، شِفَاءً لَا يُغَادِرُ سَقَمًا
“Ya Allah, Rabb manusia, hilangkanlah kesusahan dan berilah dia kesembuhan, Engkau Dzat Yang Maha Menyembuhkan. Tidak ada kesembuhan kecuali kesembuhan dari-Mu, kesembuhan yang tidak meninggalkan penyakit lain.” (HR Bukhari dan Muslim).
Allah dan RasulNya mengutuk perbuatan syirik menggantungkan sesuatu dengan harapan mendapat keberuntungan atau terhindar dari bahaya dengan cara seperti itu adalah sebuah kebatilan yang besar.
Saat ini, kejadian-kejadian demikian sering kita saksikan di mobil-mobil atau di rumah makan. Orang-orang menggantungkan benda-benda tertentu baik di depan maupun di bagian belakang mobil atau tempat-tempat tertentu. Dengan itu, mereka berharap keselamatan saat berkendara. Atau keyakinan-keyakinan lainnya. Perbuatan ini berangkat dari ketidak-tahuan mereka akan agama Allah. Dan lepasnya mereka dari tuntuan Alquran dan Sunnah.
Benda-benda ini sama sekali tidak bermanfaat, untuk mobil dan restoran mereka atau yang lainnya. Yang demikian adalah contoh nyata menggantungkan diri kepada selain Allah. Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda,
مَنْ تَعَلَّقَ شَيْئًا وُكِلَ إِلَيْهِ
“Barangsiapa menyandarkan diri pada sesuatu, maka hatinya akan dipasrahkan padanya.” (HR. at-Turmudzi).
Beliau Shallallahu ‘Alaihi Wasallam juga bersabda,
مَنْ تَعَلَّقَ تَمِيمَةً فَلاَ أَتَمَّ اللَّهُ لَهُ
“Barangsiapa yang menyandarkan diri pada tamimah (jimat), maka Allah tidak akan menyelesaikan urusannya.”
Wajib bagi pemiliki kendaraan, atau tempat-tempat lain yang digantungkan jimat, untuk bertakwa kepada Allah Ta’ala. Jangan sampai mereka termasuk orang yang menyelisihi agama dengan berbuat kesyirikan. Wajib bagi mereka yang memiliki kemapuan untuk menasihati dan mengingatkan mereka dari melakukan perbuatan ini dan yang semisalnya. Karena hal itu sama sekali tidak bermanfaat untuk mereka. kecuali hanya membahaya agama dan akidah mereka.
Kita memohon kepada Allah Ta’ala agar Dia membimbing kita, memberi kita taufik untuk mengikuti perintahNya dan perintah NabiNya untuk menjauhkan diri dari segala hal yang dapat merusak akidah dan tauhid kita[]
rumahhufazh.or.id
______________________________________________________________
Ayo bantu program berantas buta huruf Al-Quran bersama LPI-RH. Enam puluh lima persen penduduk Indonesia masih buta huruf Al-Quran.
Ayo donasi minimal Rp.100.000/bulan untuk membantu program kami.
LPI-RH melakukan penyaluran kepada lebih dari 20 penerima manfaat setiap bulannya, dengan penyaluran rata-rata 20 juta per bulan dan menghasilkan lebih dari 180 aktivitas pendidikan masyarakat per bulan.
Karena komitmen LPI-RH adalah mendorong SDM Pendidik dan Pendakwah membina masyarakat Islam. Kami peduli dan kami ajak Anda peduli.
Ayo donasi minimal Rp.100.000/bulan ke no.rekening,
BSM 70 9157 3525 a.n Yayasan Rumah Hufazh QQ Infaq
Konfirmasi ke 08961324556.