Menjadi seorang penghafal Alquran (hafizah), adalah cita-cita Nadia Hanabila Makarima sejak kecil. Cita-cita itu muncul setelah kedua orangtuanya sering memberikan pelajaran tentang keutamaan Alquran. Lalu, ia pun sering dan banyak membaca buku-buku tentang keutamaan Alquran.
Keinginan menjadi hafiz Alquran terus muncul ketika dirinya duduk di bangku sekolah dasar (SD) di SD IT Ibnu Sina dan lulus pada 2014 lalu. Sejak saat itu, kedua orang tuanya mengajak remaja 16 tahun tersebut untuk lebih tahu pesantren-pesantren yang khusus fokus dibidang tahfiz Alquran.
Hingga akhirnya, ia memutuskan belajar di Baitul Quran yang berada di Sragen, Provinsi Jawa Tengah. Saat memasuki dunia tahfiz, anak kedua dari empat bersaudara ini mengaku baru memulai belajar di bidang tahfiz.
“Saya memulai tahfiz Alquran dari nol disana (Baitul Quran),” ujarnya kepada Republika.co.id saat ditemui di MA Inspiratif Al-Ilham di Bojongsoang, Kabupaten Bandung, Jumat (1/2). Sejak belajar di Baitul Quran, ia mengaku fokus belajar agar bisa hafiz Alquran.
Ia menuturkan, tiga kali dalam sehari ia terus belajar tahfiz Alquran. Pagi, sore dan malam, dirinya mengaku diwajibkan menyerahkan setoran hafalan Alquran kepada ustaz. Hal itu yang membuat dirinya terus menempa diri agar bisa hafiz Alquran.
“Pagi saya setor hafalan, sore murajaah, mengulang setoran hafalan kembali dan malam mempersiapkan hafalan untuk disetorkan pagi hari,” katanya. Ia mengaku, selama proses menghafal kadangkala mengalami kesulitan.
Tidak hanya itu, Nadia menuturkan jika dirinya seringkali merasakan kebosanan dan malas menghafal Alquran. Namun, kendala-kendala tersebut sirna ketika dirinya termotivasi melihat siswa lainnya yang masih duduk kelas 1 SD namun sudah hafiz 30 juz.
Selama berproses di Baitul Quran periode 2014-2016, ia mengungkapkan berhasil hafiz Alquran 11 juz. “Alhamdulillah lulus disana hafal 11 juz,” katanya. Di sela-sela libur sekolah menuju masuk ke tingkat SMA, ia mengikuti karantina tahfiz selama dua pekan di Bandung.
“Di karantina tahfiz Alquran di Bandung dapat dua juz,” ujar remaja yang tinggal di Cicaheum, Kota Bandung itu.
Setelah menyelesaikan karantina tahfiz Alquran di Bandung dan masa libur sudah selesai, Nadia memutuskan melanjutkan sekolah ke MA Inspiratif Al-Ilham di Kabupaten Bandung.
Ia mengungkapkan ketika mulai belajar pertama kali di kelas 10, ia sudah hafal 13 juz. Kemudian, selama belajar di lembaga pendidikan Islam tersebut, dirinya mengaku menyelesaikan hafal 30 juz saat berada di bangku kelas 11.
Menurutnya, hafalan yang harus disetorkan kepada ustaz dilakukan secara bertahapan. Ia mengungkapkan jika selama di MA Inspiratif Al-Ilham mampu menghafal delapan juz Alquran. Sementara sembilan juz hafalan lainnya diperolehnya saat mengikuti karantina tahfiz Alquran di Kuningan.
“Alhamdulillah, Juli 2018 kemarin saya khatam hafal Alquran 30 juz. Setoran hafalan di MA disetorkan ke ustazah,” ujarnya yang tinggal di asrama sekolah. Ia mengaku bersyukur bisa menjadi hafizah 30 juz.
Nadia berbagi pengalaman bagi yang hendak menghafal Alquran agar merelakan waktu belajar Alquran. “Sebab Alquran tidak akan meluangkan waktunya untuk kita. Namun kita yang harus meluangkan waktu,” pungkasnya seperti dikutip dari republika. []
Oct/rumahhufazh.or.id
______________________________________________________________
Ayo bantu program berantas buta huruf Al-Quran bersama LPI-RH. Enam puluh lima persen penduduk Indonesia masih buta huruf Al-Quran.
Ayo donasi minimal Rp.100.000/bulan untuk membantu program kami.
LPI-RH melakukan penyaluran kepada lebih dari 20 penerima manfaat setiap bulannya, dengan penyaluran rata-rata 20 juta per bulan dan menghasilkan lebih dari 180 aktivitas pendidikan masyarakat per bulan.
Karena komitmen LPI-RH adalah mendorong SDM Pendidik dan Pendakwah membina masyarakat Islam. Kami peduli dan kami ajak Anda peduli.
Ayo donasi minimal Rp.100.000/bulan ke no.rekening,
BSM 70 9157 3525 a.n Yayasan Rumah Hufazh QQ Infaq
Konfirmasi ke 08961324556.