Alhamdulillah, segala puji milik Allah. Shalawat dan salam teruntuk Rasulullah Shallallahu‘alaihi Wasallam, keluarga dan para sahabatnya..Amma Ba’du.
Nikmat Iman dan Islam adalah sebuah kenikmatan yang tidak ada bandingnya dengan kenikmatan yang ada di dunia ini. Namun sayang, banyak di antara kita tidak menyadari bahwa Islam dan iman itu adalah kenikmatan. Sehingga kita tidak pandai mensyukurinya.
Ibnu Taimiyah rahimahullah mengatakan, “Dalam kehidupan dunia ada sebuah nikmat. Nikmat itu, serupa dengan nikmat surga. Nikmat itu adalah nikmat Islam dan iman.”
Oleh karena itulah, para nabi dan rasul meminta agar diwafatkan dalam keadaan Islam dan iman. Nabi Yusuf ‘alaihissalam berdoa yang diabadikan Allah dalam firman-Nya,
تَوَفَّنِي مُسْلِمًا وَأَلْحِقْنِي بِالصَّالِحِينَ
“Wafatkanlah aku dalam keadaan Islam dan gabungkanlah aku dengan orang-orang yang saleh.” [Quran Yusuf: 101].
Namun beberapa banyak di antara kita yang melaksanakan hakitkat Islam itu sendiri. Hakikat Islam adalah berserah diri kepada Allah dengan mentauhidkannya. Tunduk dan patuh dengan ketundukan. Serta berlepas diri dari kesyirikan dan pelakunya. Seorang yang mengatakan bahwa dirinya Islam, artinya ia berserah diri dan tunduk kepada Allah. Yaitu ia siap diatur oleh Allah. Ia siap menerima semua ketentuan dari Allah. Dan ia ridha dengan takdir-Nya.
Berapa banyak perintah dan larangan Allah kepada kita. Namun hawa nafsu kita sering kali menghalangi untuk tunduk dan patuh secara sempurna kepada Allah. Ketika seseorang memeluk Islam, seharusnya dia mengatakan, “Kami mendengar dan kami patuh”. Karena itu konsekuensi keislamannya. Allah Ta’ala berfirman,
آمَنَ الرَّسُولُ بِمَا أُنزِلَ إِلَيْهِ مِن رَّبِّهِ وَالْمُؤْمِنُونَ ۚ كُلٌّ آمَنَ بِاللَّهِ وَمَلَائِكَتِهِ وَكُتُبِهِ وَرُسُلِهِ لَا نُفَرِّقُ بَيْنَ أَحَدٍ مِّن رُّسُلِهِ ۚ وَقَالُوا سَمِعْنَا وَأَطَعْنَا ۖ غُفْرَانَكَ رَبَّنَا وَإِلَيْكَ الْمَصِيرُ
“Rasul telah beriman kepada Al Quran yang diturunkan kepadanya dari Tuhannya, demikian pula orang-orang yang beriman. Semuanya beriman kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya dan rasul-rasul-Nya. (Mereka mengatakan): “Kami tidak membeda-bedakan antara seseorangpun (dengan yang lain) dari rasul-rasul-Nya”, dan mereka mengatakan: “Kami dengar dan kami taat”. (Mereka berdoa): “Ampunilah kami ya Tuhan kami dan kepada Engkaulah tempat kembali”.” [Quran Al-Baqarah: 285].
Inilah hakikat Islam yang dipahami oleh para Nabi dan Rasul. Tentu kita tahu kisah Nabi Ibrahim ‘alaihissalam. Beliau telah mempraktikkan arti ketundukan dan berserah diri yang sebenarnya. Atau dalam bahasa yang lebih ringkas, arti Islam yang sebenarnya. Allah mengujinya dengan memerintahkan agar ia menyembelih anaknya Ismail. Anak shaleh yang ia dapat setelah lamanya masa penantian. Beliau mengatakan pada anaknya,
إِنِّي أَرَىٰ فِي الْمَنَامِ أَنِّي أَذْبَحُكَ فَانظُرْ مَاذَا تَرَىٰ ۚ قَالَ يَا أَبَتِ افْعَلْ مَا تُؤْمَرُ ۖ سَتَجِدُنِي إِن شَاءَ اللَّهُ مِنَ الصَّابِرِينَ
“Hai anakku sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka fikirkanlah apa pendapatmu!” Ia menjawab: “Hai bapakku, kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu; insya Allah kamu akan mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar”.” [Quran Ash-Shaffat: 102].
Inilah contoh bapak dan anak yang tunduk dan pasrah kepada Allah dengan ketundukan yang hakiki. Namun, Allah senantiasa memberi jalan keluar bagi orang-orang yang menaati-Nya. Kemudian Allah Ta’ala berfirman,
وَفَدَيْنَاهُ بِذِبْحٍ عَظِيمٍ
“Dan Kami tebus anak itu dengan seekor sembelihan yang besar.” [Quran Ash-Shaffat: 102].
Kisah Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail ini benar-benar menjadi parameter bagi kita. Sudah sejauh mana keislaman kita? Sejauh mana ketundukan kita terhadap perintah dan larangan Allah? Sampai manakah keislaman kita, ketundukan dan kepatuhan kita kepada Allah? Sejauh mana semangat kita dalam menyambut perintah Allah?
Allah Ta’ala berfirman,
فَلَا وَرَبِّكَ لَا يُؤْمِنُونَ حَتَّىٰ يُحَكِّمُوكَ فِيمَا شَجَرَ بَيْنَهُمْ ثُمَّ لَا يَجِدُوا فِي أَنفُسِهِمْ حَرَجًا مِّمَّا قَضَيْتَ وَيُسَلِّمُوا تَسْلِيمًا
“Maka demi Tuhanmu, mereka (pada hakekatnya) tidak beriman hingga mereka menjadikan kamu hakim terhadap perkara yang mereka perselisihkan, kemudian mereka tidak merasa dalam hati mereka sesuatu keberatan terhadap putusan yang kamu berikan, dan mereka menerima dengan sepenuhnya.” [Quran An-Nisa: 65].
Dalam ayat ini, Allah Ta’ala menetapkan tiga syarat agar seseorang dikatakan benar imannya. Ketika datang perintah Allah dan Rasul-Nya sikap mereka adalah menjadikan Rasulullah sebagai hakim. Pertama, menjadikan hadits-hadits beliau sebagai panduan dalam segala urusan. Setelah mereka dapati hadits-hadits tersebut, kedua: tidak terdapat rasa berat di hati mereka terhadap putusan tersebut. Dan ketiga, mereka menerima putusan tersebut dengan sepenuh hati. Tidak ada perasaan jengkel. Berat. Dan tidak nyaman. Mereka ridha terhadap putusan Allah dan Rasul-Nya.
Untuk menjalankan keislaman kita secara kafah. Tidak mungkin bisa kita lalui tanpa pertolongan Allah. Betapa banyak orang yang mengaku Islam, tapi mereka tidak menaati Allah. Apabila ada ayat dan hadits yang bertentangan dengan logika mereka, dengan kepentingan mereka, dengan hawa nafsu mereka, dengan mudah mereka tolak. Mereka tafsirkan sesuai keinginan mereka. Agar kepentingan mereka tetap berjalan.
Demikian, marilah kita intropeksi diri, sudah sejauh mana keislaman kita. Seperti apa kualitasnya. Hanya kepada Allah lah kita memohon pertolongan agar ditunjukiNya jalan yang lurus, dan istiqamah di atasnya..Aamiin[]
Oct/rumahhufazh.or.id
______________________________________________________________
Ayo bantu program berantas buta huruf Al-Quran bersama LPI-RH. Enam puluh lima persen penduduk Indonesia masih buta huruf Al-Quran.
Ayo donasi minimal Rp.100.000/bulan untuk membantu program kami.
LPI-RH melakukan penyaluran kepada lebih dari 20 penerima manfaat setiap bulannya, dengan penyaluran rata-rata 20 juta per bulan dan menghasilkan lebih dari 180 aktivitas pendidikan masyarakat per bulan.
Karena komitmen LPI-RH adalah mendorong SDM Pendidik dan Pendakwah membina masyarakat Islam. Kami peduli dan kami ajak Anda peduli.
Ayo donasi minimal Rp.100.000/bulan ke no.rekening,
BSM 70 9157 3525 a.n Yayasan Rumah Hufazh QQ Infaq
Konfirmasi ke 08961324556.