Al-Hamdulillah, segala puji milik Allah, Rabb semesta alam. Shalawat dan salam atas Rasulillah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam, keluarga dan para sahabatnya.
Sebagian orang berbuat ghibah karena ikut-ikutan dengan rekan, sahabat, dan koleganya, padahal dia tahu bahwa orang yang dighibahi tidak seperti yang dikatakan rekan-rekannya, atau ada sebagian gunjingan mereka yang tidak tepat. Dia merasa jika dirinya mengingkari perbuatan itu, asyiknya pembicaraan mereka akan terganggu, sehingga rekan-rekannya akan berkeberatan dan menjauhi dirinya. Dia memandang bahwa turut berbuat ghibah sebagaimana mereka adalah bentuk interaksi dan persahabatan yang baik. Oleh karena itu, dia pun turut tenggelam dalam majelis ghibah bersama mereka.
Sebagian yang lain menampakkan ghibah dalam bentuk yang bervariasi;
Terkadang dalam bentuk yang seolah-olah baik dan terpuji. Semisal perkataan seseorang, “Sebenarnya saya hanya terbiasa menyebutkan kebaikan orang lain. Saya tidak suka ghibah dan dusta. Tapi saya hanya akan menginformasikan kepada kaliam tentang kondisi fulan”.
Terkadang ghibah itu diucapkan dengan perkataan, “Kami mendo’akan agar Allah memaafkan fulan, ketika info tentang ini dan itu perihal dirinya sampai kepada kami”. Padahal maksud ucapan yang berisi kekurangan si fulan itu adalah untuk menghina dan merendahkan kehormatannya. Mereka bermaksud menipu Allah dengan ucapan itu, seperti mereka menipu manusia.
Di antara mereka ada yang menampakkan ghibah dalam bentuk ejekan dan candaan agar orang lain tertawa, yaitu dengan menghina, menirukan gerak-gerik, atau merendahkan orang yang dihina.
Di antara mereka ada yang menampakkan ghibah dengan pura-pura terkejut atau menunjukkan keheranan. Dia berkata, “Saya heran dengan fulan, kenapa dia bisa melakukan perbuatan ini dan itu?!” Kemudian orang yang mengghibahi ini pun menyebut nama orang yang dighibahi di tengah-tengah keheranannya tersebut.
Di antara mereka ada yang menampakkan kesedihan dan berkata “Keburukan dan kemaksiatan yang dilakukan fulan, sungguh telah membuatku sedih”, sehingga orang yang mendengar perkataannya menyangka bahwa dia memang benar-benar sedih dan kecewa, padahal hatinya senang dengan kesalahan fulan.
Di antara mereka ada yang menampakkan ghibah dalam bentuk meluapkan amarah dan mengingkari kemungkaran. Dia menampakkan nasihat yang berisi kata-kata indah di depan khalayak akan kesalahan fulan dengan dalih mengingkari kemungkaran, tapi niatnya tidak sejalan dengan hal tersebut. Wallahul musta’an.
Semoga Allah Ta’ala senantiasa mencurahkan kepada kita taufiq dan hidayahNya serta menjauhkan kita dari berbagai macam kejelekan dosa ghibah…Aamiin[]
*Diringkas dari perkataan Ibnu Taimiyah dalam Majmu Fatawa
Oct/rumahhufazh.or.id
______________________________________________________________
Ayo bantu program berantas buta huruf Al-Quran bersama LPI-RH. Enam puluh lima persen penduduk Indonesia masih buta huruf Al-Quran.
Ayo donasi minimal Rp.100.000/bulan untuk membantu program kami.
LPI-RH melakukan penyaluran kepada lebih dari 20 penerima manfaat setiap bulannya, dengan penyaluran rata-rata 20 juta per bulan dan menghasilkan lebih dari 180 aktivitas pendidikan masyarakat per bulan.
Karena komitmen LPI-RH adalah mendorong SDM Pendidik dan Pendakwah membina masyarakat Islam. Kami peduli dan kami ajak Anda peduli.
Ayo donasi minimal Rp.100.000/bulan ke no.rekening,
BSM 70 9157 3525 a.n Yayasan Rumah Hufazh QQ Infaq
Konfirmasi ke 08961324556.