Al hamdulillah, segala puji milik Allah, Rabb semesta alam. Shalawat dan salam atas Rasulillah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam, keluarga dan sahabatnya.
“Kalimat ‘laa ilaaha illalloh’ memiliki lafazh dan makna. Akan tetapi, terkait dengan kedua hal itu, manusia terbagi dalam tiga kategori.
Kelompok pertama adalah mereka yang mengucapkan lafazh ‘laa ilaaha illalloh’ dan benar-benar merealisasikan kandungannya. Mereka tahu kalimat itu memiliki makna sehingga mereka pun mengamalkannya. Dan mereka tahu kalimat itu memiliki pembatal, sehingga mereka pun menjauhinya;
Kelompok kedua adalah mereka yang mengucapkan kalimat ‘laa ilaaha illalloh’ secara lahiriah; mempercantik lahiriah mereka dengan perkataan, namun menyembunyikan kekufuran dan keraguan; dan
Kelompok ketiga adalah mereka yang mengucapkan kalimat ‘laa ilaaha illalloh’, namun tidak mengamalkan kandungannya dan justru mengamalkan pembatal-pembatalnya. Mereka itulah orang-orang yang telah sia-sia perbuatannya dalam kehidupan dunia ini, sedangkan mereka menyangka bahwa mereka berbuat sebaik-baiknya.
Kelompok pertama adalah orang yang selamat, mukmin yang sebenarnya; kelompok kedua adalah orang munafik; dan kelompok ketiga adalah orang musyrik.
Kalimat ‘laa ilaaha illalloh’ layaknya benteng, namun mereka mendirikan manjanik pendustaan dan melempar benteng itu dengan batu-batu penghancur, sehingga musuh bisa masuk untuk meniadakan fungsi dan meninggalkan bentuk tanpa ada arti. Padahal sungguh Allah tidak melihat pada bentuk dan fisik kalian, namun Dia melihat hati dan amal kalian.
Dengan begitu mereka meniadakan makna dan kandungan kalimat laa ilaha illalloh, sehingga kalimat laa ilaha illalloh yang tersisa pada diri mereka sekadar ucapan biasa dan repetisi huruf. Tindakan itu layaknya berucap memiliki benteng namun tidak mampu melindungi. Seperti orang yang berucap ada api tapi tak membakar; ada air tapi tak membasahi; ada nasi tapi tak mengenyangkan; ada pedang tapi tak mampu memotong. Sama dengan hal sebelumnya, orang yang mengucapkan kalimat laa ilaha illalloh tapi tak mengetahui makna dan mengamalkan pembatalnya, seperti orang yang berdzikir dengan ” kalimat pelindung” tapi ucapan itu tak mampu menghalangi dirinya dari siksa.
Sesungguhnya ucapan adalah kulit, sementara makna ucapan itulah yang menjadi inti. Ucapan adalah cangkang, sementara makna ucapan adalah mutiaranya. Adakah manfaat yang tersisa pada kulit jika intinya hilang? Adalah fungsi cangkang tanpa mutiara di dalamnya?
Kalimat laa ilaha illalloh beserta kandungannya laksana ruh beserta jasad. Jasad tak akan berfungsi tanpa adanya ruh. Demikian pula dengan kalimat ini, yang takkan berfungsi tanpa dibarengi dengan upaya merealisasikan kandungan/maknanya.”
[Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab at-Tamimi rahimahullah dalam Ad-Duror As-Saniyah di Ajwibah Aimmati ad-Da’wah an-Najdiyah 2/113]
Oct/rumahhufazh.or.id
______________________________________________________________
Ayo bantu program berantas buta huruf Al-Quran bersama LPI-RH. Enam puluh lima persen penduduk Indonesia masih buta huruf Al-Quran.
Ayo donasi minimal Rp.100.000/bulan untuk membantu program kami.
LPI-RH melakukan penyaluran kepada lebih dari 20 penerima manfaat setiap bulannya, dengan penyaluran rata-rata 20 juta per bulan dan menghasilkan lebih dari 180 aktivitas pendidikan masyarakat per bulan.
Karena komitmen LPI-RH adalah mendorong SDM Pendidik dan Pendakwah membina masyarakat Islam. Kami peduli dan kami ajak Anda peduli.
Ayo donasi minimal Rp.100.000/bulan ke no.rekening,
BSM 70 9157 3525 a.n Yayasan Rumah Hufazh QQ Infaq
Konfirmasi ke 08961324556.