Alhamdulillah segala puji milik Allah Ta’ala. Shalawat dan salam teruntuk Rasulullah Shallallahu ‘alaihi Wasallam, keluarga dan para sahabatnya..Amma Ba’du.
Dalam situasi zaman sekarang, banyak sekali hal-hal yang bisa membahayakan terhadap diri dan keluarga. Mencari rezeki dirasa susah. Kondisi zaman yang menuntut seseorang untuk mengenal sesuatu yang bisa menguatkan jiwa dan tekadnya. Dengan jiwa yang kuat tersebut seseorang akan mendapatkan maslahat yang banyak.
Sesungguhnya manusia, tatkala mereka paham dan yakin secara sempurna dengan janji Allah Jalla wa ‘Ala, tidak ada yang akan membuat mereka merasa takut dan khawatir. Selama mereka berusaha dan bertawakkal kepada Allah mereka akan berhasil mencapai apa yang mereka inginkan. Ketika seorang hamba menyerahkan urusannya kepada Allah Jalla wa ‘Ala, memutus ketergantungan hatinya pada orang lain, ia menerapkan syariat Allah dan melakukan usaha yang diperbolehkan syariat, juga memiliki semangat yang kuat, niscaya ia mampu melewati kesulitan. Halangan terasa ringan baginya. Karena dia yakin dengan janji Allah Jalla wa ‘Ala.
وَمَنْ يَتَّقِ اللَّهَ يَجْعَلْ لَهُ مَخْرَجًا (2) وَيَرْزُقْهُ مِنْ حَيْثُ لَا يَحْتَسِبُ وَمَنْ يَتَوَكَّلْ عَلَى اللَّهِ فَهُوَ حَسْبُهُ
“Barangsiapa bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan keluar. Dan memberinya rezeki dari arah yang tiada disangka-sangkanya. Dan barangsiapa yang bertawakkal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)nya.” [Quran Ath-Thalaq: 2-3].
Salah seorang salaf mengatakan, “Seandainya seseorang bertawakkal kepada Allah dengan niat yang tulis. Ia tidak butuh dengan para penguasa, apalagi yang di bawahnya.”
Mengapa? Karena dia yakin Tuhannya adalah Yang Maha Kaya lagi Maha Terpuji.
Sesungguhnya orang yang bertawakal kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala, ia melihat bahwa penguasa dunia dan akhirat adalah Allah Azza wa Jalla. Manusia adalah hamba Allah. Rezeki dan segala sarana untuk mendapatkannya berada di tangan Allah. Ia memandang bahwa ketetapan Allah meliputi semua makhluknya. Oleh karena itulah, Allah Ta’ala memerintahkan hamba-hamba-Nya agar bertawakal kepada-Nya.
وَتَوَكَّلْ عَلَى الْحَيِّ الَّذِي لَا يَمُوتُ
“Dan bertawakkallah kepada Allah yang hidup (kekal) Yang tidak mati.” [Quran Al-Furqan: 58].
﴿وَعَلَى اللَّهِ فَتَوَكَّلُوا إِنْ كُنْتُمْ مُؤْمِنِين
“Dan hanya kepada Allah hendaknya kamu bertawakkal, jika kamu benar-benar orang yang beriman.” [Quran Al-Maidah: 23].
Siapa yang tidak memperdulikan perintah ini dan tidak mengamalkan ayat-ayat Alquran ini, ia akan terjatuh pada musibah yang berat, ia tidak akan menemukan jalan keluarnya. Ia tidak akan selamat dari sesuatu yang menakutkan.
Tawakal adalah sebuah istilah atau konsep yang memiliki makna yang agung. Bertawakal kepada Allah Tabaraka wa Ta’ala artinya menjadikan Allah Subhanahu wa Ta’ala sebagai tempat berserah atas segala urusannya. Allah lah yang menjamin kemaslahatan. Allah lah yang menanggung segala yang ia inginkan.
Orang yang bertawakal kepada Allah, ia akan percaya bahwa Allah tidak melupakan bagian yang telah Dia tetapkan untuknya. Karena ketetapan dan hukum Allah itu tak berubah. Allah Ta’ala berfirman,
وَفِي السَّمَاءِ رِزْقُكُمْ وَمَا تُوعَدُونَ (22) فَوَرَبِّ السَّمَاءِ وَالْأَرْضِ إِنَّهُ لَحَقٌّ مِثْلَ مَا أَنَّكُمْ تَنْطِقُونَ
“Dan di langit terdapat (sebab-sebab) rezekimu dan terdapat (pula) apa yang dijanjikan kepadamu. Maka demi Tuhan langit dan bumi, sesungguhnya yang dijanjikan itu adalah benar-benar (akan terjadi) seperti perkataan yang kamu ucapkan.” [Quran Adz-Dzariyat: 22-23].
Makna ayat ini adalah Allah Subhanahu wa Ta’ala tidak hanya mencukupkan penyebutan Dia menjamin rezeki, bahkan Dia menjamin membagi rezeki.
Al-Hasan mengatakan, “Allah melaknat suatu kaum yang Allah bagi mereka (rezeki), tapi mereka tidak mengakui-Nya.”
Diriwayatkan bahwasanya malaikat berkata saat ayat ini turun, “Celakalah anak Adam, mereka marah keapda Rabb sampai Allah membagikan untuk mereka jatah rezeki mereka.”
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
لَوْ أَنَّكُمْ تَتَوَكَّلُونَ عَلَى اللَّهِ حَقَّ تَوَكُّلِهِ لَرَزَقَكُمْ كَمَا يَرْزُقُ الطَّيْرَ تَغْدُو خِمَاصاً وَتَرُوحُ بِطَاناً
“Seandainya kalian betul-betul bertawakkal pada Allah, sungguh Allah akan memberikan kalian rizki sebagaimana burung mendapatkan rizki. Burung tersebut pergi pada pagi hari dalam keadaan lapar dan kembali sore harinya dalam keadaan kenyang.” (HR. Ahmad dan selainnya).
Orang yang bertawakal kepada Allah Jalla wa ‘Ala ia akan benar-benar bersandar kepadanya dalam berharap kemudahan, mendapakan kemaslahatan dan menolak bahaya. Ia percaya dengan janji Allah. Ia yakin bahwa dengan menyerahkan urusannya kepada Alla Jalla wa ‘Ala akan menyampaikannya pada tujuan.
Orang yang bertawakal kepada Allah menyerahkan urusannya kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Percaya pada-Nya. Bersangka baik kepada-Nya. Seorang yang bertawakal akan memutuskan harapannya kepada selain Allah. Ia tidak berharap pada usaha, tentu setelah melakukannya. Kemanfaatdan dan bahaya ada di tangan Allah. Tidak ada yang mampu memberi atau menghalangi keduanya kecuali Allah.
وَمَا تَشَاءُونَ إِلَّا أَنْ يَشَاءَ اللَّهُ
“Dan kamu tidak mampu (menempuh jalan itu), kecuali bila dikehendaki Allah.” [Quran Al-Insan: 30].
Tawakal kepada Allah adalah bersandar kepada-Nya dalam segala urusan. Usaha adalah semata-mata lantaran, bukan sesuatu yang dijadikan sandaran. Seorang hamba tentu harus melakukan usaha nyata. Namun hatinya tidak bergantung dengan usaha tersebut. Hatinya hanya bergantung kepada Allah Yang Maha Mengatur. Ia berserah diri dengan ketetapan takdir dan kehenda-Nya.
فَإِذَا عَزَمْتَ فَتَوَكَّلْ عَلَى اللَّهِ
“Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, maka bertawakkallah kepada Allah.” [Quran Ali Imran: 159].
Siapa yang benar-benar bertakwa, jujur dalam tawakalnya kepada Allah, niscaya ia akan mendapatkan cita-cita terbesar. Siapa yang menyerahkan urusannya kepada Allah, bertawakal kepada penciptanya, menauhidkannya, kembali kepadanya, taubat dan mengerjakan perintah-Nya, pasti Dia akan menjadikan semua kegundahan yang ia hadapi ada jalan keluar. Semua kesempitan yang menekannya ada solusi. Dia memberikan rezeki padanya dari jalan yang tak disangka-sangka. Ia mendapatkan kebaikan yang banyak. Allah menjaganya dari segala keburukan dan kemudharatan. Ia menuju keberhasilan, keberhasilan, kemenangan, dan keteguhan.
Allah Ta’ala berfirman tentang seorang hamba yang shaleh, Nabi Musa ‘alaihissalam:
وَأُفَوِّضُ أَمْرِي إِلَى اللَّهِ إِنَّ اللَّهَ بَصِيرٌ بِالْعِبَادِ (44) فَوَقَاهُ اللَّهُ سَيِّئَاتِ مَا مَكَرُوا وَحَاقَ بِآلِ فِرْعَوْنَ سُوءُ الْعَذَابِ
“Kelak kamu akan ingat kepada apa yang kukatakan kepada kamu. Dan aku menyerahkan urusanku kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Melihat akan hamba-hamba-Nya”. Maka Allah memeliharanya dari kejahatan tipu daya mereka, dan Fir’aun beserta kaumnya dikepung oleh azab yang amat buruk.” [Quran Ghafir: 44-45].
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman tentang Nabi-Nya shallallahu ‘alaihi wa sallam dan orang-orang yang bersama beliau.
الَّذِينَ اسْتَجَابُوا لِلَّهِ وَالرَّسُولِ مِنْ بَعْدِ مَا أَصَابَهُمُ الْقَرْحُ لِلَّذِينَ أَحْسَنُوا مِنْهُمْ وَاتَّقَوْا أَجْرٌ عَظِيمٌ (172) الَّذِينَ قَالَ لَهُمُ النَّاسُ إِنَّ النَّاسَ قَدْ جَمَعُوا لَكُمْ فَاخْشَوْهُمْ فَزَادَهُمْ إِيمَانًا وَقَالُوا حَسْبُنَا اللَّهُ وَنِعْمَ الْوَكِيلُ (173) فَانْقَلَبُوا بِنِعْمَةٍ مِنَ اللَّهِ وَفَضْلٍ لَمْ يَمْسَسْهُمْ سُوءٌ وَاتَّبَعُوا رِضْوَانَ اللَّهِ وَاللَّهُ ذُو فَضْلٍ عَظِيمٍ
“(Yaitu) orang-orang yang mentaati perintah Allah dan Rasul-Nya sesudah mereka mendapat luka (dalam peperangan Uhud). Bagi orang-orang yang berbuat kebaikan diantara mereka dan yang bertakwa ada pahala yang besar. (Yaitu) orang-orang (yang mentaati Allah dan Rasul) yang kepada mereka ada orang-orang yang mengatakan: “Sesungguhnya manusia telah mengumpulkan pasukan untuk menyerang kamu, karena itu takutlah kepada mereka”, maka perkataan itu menambah keimanan mereka dan mereka menjawab: “Cukuplah Allah menjadi Penolong kami dan Allah adalah sebaik-baik Pelindung”. Maka mereka kembali dengan nikmat dan karunia (yang besar) dari Allah, mereka tidak mendapat bencana apa-apa, mereka mengikuti keridhaan Allah. Dan Allah mempunyai karunia yang besar.” [Quran Ali Imran: 172-174]
Dari Abdullah bin Abbas radhiallahu ‘anhuma:
حَسْبُنَا اللَّهُ وَنِعْمَ الْوَكِيلُ
“Cukuplah Allah menjadi Penolong kami dan Allah adalah sebaik-baik Pelindung.”
Serahkanlah urusan Anda kepada Allah. Jujurlah dalam bersandar pada-Nya. Kerjakanlah apa yang Dia syariatkan berupa bekerja menempuh usaha. Percayalah bahwa yang mengatur segala urusan adalah Allah.[]
*Diringkas dan diterjemahkan dari khotbah Jumat Syaikh Husein bin Abdu Aziz alu Asy-Syaikh (Imam dan Khotib Masjid Nabawi)
Oct/rumahhufazh.or.id
______________________________________________________________
Ayo bantu program berantas buta huruf Al-Quran bersama LPI-RH. Enam puluh lima persen penduduk Indonesia masih buta huruf Al-Quran.
Ayo donasi minimal Rp.100.000/bulan untuk membantu program kami.
LPI-RH melakukan penyaluran kepada lebih dari 20 penerima manfaat setiap bulannya, dengan penyaluran rata-rata 20 juta per bulan dan menghasilkan lebih dari 180 aktivitas pendidikan masyarakat per bulan.
Karena komitmen LPI-RH adalah mendorong SDM Pendidik dan Pendakwah membina masyarakat Islam. Kami peduli dan kami ajak Anda peduli.
Ayo donasi minimal Rp.100.000/bulan ke no.rekening,
BSM 70 9157 3525 a.n Yayasan Rumah Hufazh QQ Infaq
Konfirmasi ke 08961324556.