Ada seorang yang mencela sahabat Abu Dzar radhiallahu ‘anhu, maka Abu Dzar lantas menjawab,
لا تُغرق في شَتمنا ودَع للصُّلح مَوضعًا، فإنَّا لا نكافئ مَن عصى الله فينا بأكثر مِن أن نُطيع الله فيه
“Jangan larut mencela kami. Sisakanlah ruang untuk berdamai. Sungguh, tiadalah balasan kami kepada orang yang bermaksiat kepada Allah terkait pribadi kami, melainkan menghadapinya dengan sikap takwa kepada Allah.” [al-Adab asy-Syar’iyah wa al-Minah al-Mar’iyah 2/11]
Jawaban bijak dari sahabat Abu Dzar radhiallahu ‘anhu ini sudah selayaknya menjadi salah satu prinsip etika dalam berinteraksi dengan orang lain, khususnya interaksi bersama kelompok orang yang minim ilmu dan berperilaku kasar. Bagi orang yang merenungkan, dia akan menyetujui bahwa diuji dengan kelompok orang seperti ini merupakan salah satu bentuk edukasi praktis dari firman Allah ta’ala,
وَإِذَا خَاطَبَهُمُ الْجَاهِلُونَ قَالُوا سَلَامًا
“…dan apabila orang-orang jahil menyapa mereka, mereka mengucapkan kata-kata (yang mengandung) keselamatan.” [Al-Furqan : 63]
dan juga firman-Nya,
وَإِذَا سَمِعُوا اللَّغْوَ أَعْرَضُوا عَنْهُ وَقَالُوا لَنَا أَعْمَالُنَا وَلَكُمْ أَعْمَالُكُمْ سَلَامٌ عَلَيْكُمْ لَا نَبْتَغِي الْجَاهِلِينَ
“Dan apabila mereka mendengar perkataan yang tidak bermanfaat, mereka berpaling daripadanya dan mereka berkata: “Bagi kami amal-amal kami dan bagimu amal-amalmu, kesejahteraan atas dirimu, kami tidak ingin bergaul dengan orang-orang jahil.” [al-Qashash : 55]
Jika tidak demikian, apakah orang berakal akan turut mencela atau membalasnya dengan cercaan yang serupa?! Tentu, bagi orang berakal tak ada yang lebih bermanfaat kecuali melakukan seperti yang dikatakan oleh Abu Dzar radhiallahu ‘anhu bahwa sepatutnya orang beriman menyayangi mereka yang redaksi perkataannya miskin akhlak dan permintaan maaf.
Prinsip yang dikemukakan oleh Abu Dzar ini sangat dibutuhkan oleh rekan-rekan yang memanfaatkan media sosial. Mereka harus peka terhadap kandungan perkataan beliau, karena pengalaman membuktikan bahwa orang-orang yang kasar dan minim etika berkumpul dan eksis di media sosial. Terkadang manusia biasa, terlebih da’i dan ulama, menghadapi perilaku yang kasar dan bodoh, yang tidak mungkin dihindari meski telah diberikan nasihat yang baik.
Oleh karena itu, kita sepatutnya meneladani petunjuk al-Quran yang telah disebutkan pada dua ayat di atas; begitupula mengingat petunjuk Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dan generasi shalih terdahulu (as-Salaf ash-Shalih) dalam menghadapi model manusia yang demikian ini. Dan di antara contoh yang bisa dipetik pelajarannya dari generasi shalih terdahulu dalam konteks ini adalah apa yang dialami oleh asy-Sya’bi rahimahullah. Beliau pernah dimaki oleh seseorang, kemudian asy-Sya’bi pun berkata kepada orang itu,
إن كنت ما قلت فغفر الله لي، وإن لم أكن كما قلت فغفر الله لك
“Jika aku benar seperti yang engkau katakan, semoga Allah mengampuniku. Dan jika ternyata aku tidak seperti yang engkau katakan, semoga Allah mengampunimu.” [Adab ad-Dunya wa ad-Din hlm. 252]
Sungguh indah ketika Abu Dzar radhiallahu ‘anhu mengatakan, “Sungguh, tiadalah balasan kami kepada orang yang bermaksiat kepada Allah terkait pribadi kami, melainkan menghadapinya dengan sikap takwa kepada Allah.” Orang bodoh dengan celaan dan sikap kasarnya sungguh telah bermaksiat kepada Allah karena telah menzalimi dan menghina saudaranya yang muslim. Maka tak ada sikap yang lebih indah selain menghadapinya dengan tetap menaati Allah, tidak menyerang pribadi, berhias dengan akhlak yang baik, berbalut kesantunan dan kesabaran, dan mengasihi model manusia yang demikian.
Prinsip yang sebaiknya dipegang oleh setiap muslim adalah berinteraksi dengan orang lain dengan akhlak yang baik, bukan membalas akhlak mereka yang buruk dengan perilaku yang serupa, karena jika hal itu dilakukan tentu akan menciptakan kumpulan manusia yang tak bermoral.
Wallahu ta’ala a’lam.
.
Oct/rumahhufazh.or.id
______________________________________________________________
Ayo bantu program berantas buta huruf Al-Quran bersama LPI-RH. Enam puluh lima persen penduduk Indonesia masih buta huruf Al-Quran.
Ayo donasi minimal Rp.100.000/bulan untuk membantu program kami.
LPI-RH melakukan penyaluran kepada lebih dari 20 penerima manfaat setiap bulannya, dengan penyaluran rata-rata 20 juta per bulan dan menghasilkan lebih dari 180 aktivitas pendidikan masyarakat per bulan.
Karena komitmen LPI-RH adalah mendorong SDM Pendidik dan Pendakwah membina masyarakat Islam. Kami peduli dan kami ajak Anda peduli.
Ayo donasi minimal Rp.100.000/bulan ke no.rekening,
BSM 70 9157 3525 a.n Yayasan Rumah Hufazh QQ Infaq
Konfirmasi ke 08961324556.