Allah ta’ala berfirman,
وَيَوْمَ يُعْرَضُ الَّذِينَ كَفَرُوا عَلَى النَّارِ أَذْهَبْتُمْ طَيِّبَاتِكُمْ فِي حَيَاتِكُمُ الدُّنْيَا وَاسْتَمْتَعْتُمْ بِهَا فَالْيَوْمَ تُجْزَوْنَ عَذَابَ الْهُونِ بِمَا كُنْتُمْ تَسْتَكْبِرُونَ فِي الْأَرْضِ بِغَيْرِ الْحَقِّ وَبِمَا كُنْتُمْ تَفْسُقُونَ
“Dan ingatlah hari ketika orang-orang kafir dihadapkan ke neraka (kepada mereka dikatakan), “Kamu telah menghabiskan rezekimu yang baik dalam kehidupan duniawimu saja dan kamu telah bersenang-senang dengannya. Maka pada hari ini kamu dibalas dengan azab yang menghinakan karena kamu telah menyombongkan diri di muka bumi tanpa hak dan kamu telah berbuat kefasikan” [QS. al-Ahqaaf : 20].
Kandungan ayat :
Keenam
Celaan Allah kepada orang kafir dalam ayat ini mendorong Nabi dan sebagian salaf bersikap zuhup dengan harapan memperoleh balasan di akhirat.
Umar radhiallahu ‘anhu pernah berkata,
رَأَيْتُ أَثَرَ الْحَصِيْرِ فِي جَنْبِهِ فَبَكَيْتُ. فَقَالَ: مَا يُبْكِيْكَ؟ فَقُلْتُ: يَا رَسُوْلَ اللهِ، إِنَّ كِسْرَى وَقَيْصَرَ فِيْمَا هُمَا فِيْهِ وَأَنْتَ رَسُوْلُ اللهِ. فَقَالَ: أَمَا تَرْضَى أَنْ تَكُوْنَ لَهُمُ الدُّنْيَا وَلَنَا اْلآخِرَةُ؟
Aku pernah melihat bekas tikar di rusuk Nabi, maka aku pun menangis sehingga beliau bertanya, “Apa yang membuatmu menangis?” Aku menjawab, “Wahai Rasulullah, sungguh Kisra dan Kaisar hidup bermegah-megahan, padahal Anda ini adalah utusan Allah.” Beliau menjawab, “Tidakkah engkau ridha mereka mendapatkan dunia sedangkan kita mendapatkan akhirat?” [Shahih. HR. Bukhari : 4913].
Umar juga pernah berkata kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa salllam,
ادْعُ اللَّهَ فَلْيُوَسِّعْ عَلَى أُمَّتِكَ، فَإِنَّ فَارِسَ وَالرُّومَ وُسِّعَ عَلَيْهِمْ، وَأُعْطُوا الدُّنْيَا وَهُمْ لاَ يَعْبُدُونَ اللَّهَ، وَكَانَ مُتَّكِئًا فَقَالَ: «أَوَفِي شَكٍّ أَنْتَ يَا ابْنَ الخَطَّابِ أُولَئِكَ قَوْمٌ عُجِّلَتْ لَهُمْ طَيِّبَاتُهُمْ فِي الحَيَاةِ الدُّنْيَا»
“Wahai Rasulullah do’akan agar kehidupan dunia dilapangkan bagi umatmu karena Allah telah memberi kelapangan bagi kaum Persia dan Romawi. Demikian pula dunia dalam genggaman mereka sementara mereka tidak menyembah Allah. Rasulullah pun duduk dan berkata, “Apakah engkau berada dalam keraguan, Ibn al-Khatthab? Mereka itu adalah kaum yang kebaikannya disegerakan di kehidupan dunia.” [Shahih. HR. Bukhari : 2468].
Ketujuh
Berdasarkan ayat ini, meski secara tegas diperuntukkan bagi orang kafir, sebagian salaf memahami bahwa gemar bersenang-senang dengan kehidupan dunia dapat mengurangi kebaikan seorang muslim yang akan diperoleh di surga. Amir al-Mukminin, Umar radhiallahu ‘anhu termasuk di antara mereka.
Al-Ahnaf rahimahullah pernah mendengar Umar ibn al-Khaththab radhiallahu ‘anhu berkata,
لَأَنَا أَعْلَمُ بِخَفْضِ الْعَيْشِ، وَلَوْ شِئْتُ لَجَعَلْتُ أَكْبَادًا وَصِلَاءً وَصِنَابًا وَصَلَائِقَ، وَلَكِنِّي أَسْتَبْقِيَ حَسَنَاتِي، فَإِنَّ اللَّهَ عَزَّ وَجَلَّ وَصَفَ أَقْوَامًا فَقَالَ” أَذْهَبْتُمْ طَيِّباتِكُمْ فِي حَياتِكُمُ الدُّنْيا وَاسْتَمْتَعْتُمْ بِها”
“Sungguh aku tahu bagaimana memperoleh kelapangan hidup. Jika aku ingin, aku dapat menyantap hidangan berupa hati, shila, shinab, dan shalaa-iq. Namun, aku ingin agar kebaikanku tidak berkurang karena sungguh Allah telah menceritakan perihal suatu kaum, dimana Dia berfirman (yang artinya), “Kalian telah menghabiskan kebaikan-kebaikan kalian semasa hidup di dunia dan telah bersenang-senang dengannya” [Tafsir al-Qurthubi 16/200].
Beliau radhiallahu ‘anhu juga mengatakan,
وَاللَّهُ الَّذِي لَا إِلَهَ إِلَّا هُوَ لَوْلَا أَنِّي أَخَافُ أَنْ تَنْقُصَ حَسَنَاتِي يَوْمَ الْقِيَامَةِ لَشَارَكْنَاكُمْ فِي الْعَيْشِ! وَلَكِنِّي سَمِعْتُ اللَّهَ تَعَالَى يَقُولُ لِأَقْوَامٍ: أَذْهَبْتُمْ طَيِّباتِكُمْ فِي حَياتِكُمُ الدُّنْيا وَاسْتَمْتَعْتُمْ بِها
“Demi Allah, Zat yang tidak ada sesembahan yang berhak diibadahi selain-Nya, seandainya aku tidak khawatir kebaikanku akan berkurang di hari kiamat, tentu aku akan turut bersenang-senang dengan kalian. Akan tetapi aku telah mendengar Allah telah berfirman perihal suatu kaum (yang artinya), “Kalian telah menghabiskan kebaikan-kebaikan kalian semasa hidup di dunia dan telah bersenang-senang dengannya” [Tafsir al-Qurthubi 16/202].
Kedelapan
Seorang muslim tidak dilarang menikmati kehidupan dunia dan bersenang-senang dengan kelezatannya. Hal itu tidak akan mengurangi pahala kebaikan seorang muslim di akhirat. Allah ta’ala berfirman,
قُلْ مَنْ حَرَّمَ زِينَةَ اللَّهِ الَّتِي أَخْرَجَ لِعِبَادِهِ وَالطَّيِّبَاتِ مِنَ الرِّزْقِ قُلْ هِيَ لِلَّذِينَ آمَنُوا فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا خَالِصَةً يَوْمَ الْقِيَامَةِ كَذَلِكَ نُفَصِّلُ الآيَاتِ لِقَوْمٍ يَعْلَمُونَ
“Katakanlah: “Siapakah yang mengharamkan perhiasan dari Allah yang telah dikeluarkan-Nya untuk hamba-hamba-Nya dan (siapa pulakah yang mengharamkan) rezeki yang baik?” Katakanlah: “Semuanya itu (disediakan) bagi orang-orang yang beriman dalam kehidupan dunia, khusus (untuk mereka saja) di hari kiamat. Demikianlah Kami menjelaskan ayat-ayat itu bagi orang-orang yang mengetahui.” [al-A’raaf : 32].
Dengan catatan, bersenang-senang dengan kehidupan dunia tidak dilakukan secara berlebihan dan menjadi kebiasaan karena karakter hamba Allah itu tidak identik dengan gemar bersenang-senang, dan juga kebiasaan bersenang-senang dengan kenikmatan dunia mampu membuat pelakunya terjerumus ke dalam perkara syubhat dan haram.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
إِيَّاكَ وَالتَّنَعُّمَ؛ فَإِنَّ عِبَادَ اللهِ لَيْسُوا بِالْمُتَنَعِّمِينَ
“Tinggalkanlah sifat gemar bersenang-senang (at tana’um). Karena hamba Allah yang sejati bukanlah orang yang gemar bersenang-senang” [Hasan. HR. Ahmad : 22105].
al-Halimi mengatakan,
وَهَذَا الْوَعِيدُ مِنَ اللهِ تَعَالَى، وَإِنْ كَانَ لِلْكُفَّارِ، الَّذِينَ يُقْدِمُونَ عَلَى الطَّيِّبَاتِ الْمَحْظُورَةِ وَلِذَلِكَ قَالَ: {فَالْيَوْمَ تُجْزَوْنَ عَذَابَ الْهُونِ} [الأحقاف: 20] فَقَدْ يَحْسُنُ مِثْلُهُ، عَلَى الْمُنْهَمِكِينَ فِي الطَّيِّبَاتِ الْمُبَاحَةِ، لِأَنَّ مَنْ تَعَوَّدَهَا مَالَتْ نَفْسُهُ إِلَى الدُّنْيَا فَلَمْ يُؤْمَنْ أَنْ يَرْتَكِبَ فِي الشَّهَوَاتِ وَالْمَلَاذِّ، وَكُلَّمَا أَجَابَ نَفْسَهُ إِلَى وَاحِدَةٍ مِنْهَا دَعَتْهُ إِلَى غَيْرِهَا، فَيَصِيرَ إِلَى أَنْ لَا يُمْكِنَهُ عِصْيَانُ نَفْسِهِ فِي هَوًى قَطُّ، وَيَنْسَدَّ بَابُ الْعِبَادَةِ دُونَهُ، فَإِذَا آلَ الْأَمْرُ بِهِ إِلَى هَذَا لَمْ يُبْعَدْ أَنْ يُقَالَ: {أَذَهَبْتُمْ طَيِّبَاتِكُمْ فِي حَيَاتِكُمُ الدُّنْيَا وَاسْتَمْتَعْتُمْ بِهَا} [الأحقاف: 20] فَلَا يَنْبَغِي أَنْ تُعَوَّدَ النَّفْسُ مَا يَمِيلُ بِهَا إِلَى الشَّرَهِ، ثُمَّ يَصْعُبَ تَدَارُكُهَا،
“Ancaman ini berasal dari Allah. Redaksi ayat diperuntukkan bagi orang kafir, yang kebiasaan mereka gemar menikmati berbagai kelezatan yang terlarang. Oleh karena itu, Allah berfirman pada redaksi selanjutnya (yang artinya), “Maka pada hari ini kamu dibalas dengan azab yang menghinakan…”.
Meskipun demikian, kondisi mereka serupa dengan orang-orang yang asyik menikmati berbagai kelezatan dunia yang bersifat mubah, karena seorang yang membiasakan diri bersenang-senang dengan kenikmatan akan memiliki jiwa yang condong kepada dunia sehingga dikhawatirkan dirinya akan memenuhi keinginan syahwat dan kesenangan. Setiap kali dirinya memenuhi ajakan syahwat, maka jiwa akan mengajak untuk menikmati syahwat yang lain, sehingga dia sama sekali tidak mampu membendung ajakan hawa nafsu dan terhalang dari pintu ibadah.
Apabila berujung pada hal tersebut, maka firman Allah “أَذَهَبْتُمْ طَيِّبَاتِكُمْ فِي حَيَاتِكُمُ الدُّنْيَا وَاسْتَمْتَعْتُمْ بِهَا” layak ditujukan pada orang yang demikian kondisinya. Dengan demikian, tidak sepatutnya jiwa dibiasakan untuk menikmati kelezatan dunia sehingga menyebabkan “ketagihan” dan sulit untuk diobati.” [Syu’ab al-Iman 7/462].
Wallaahu Ta’ala A’lam, semoga yang sedikit ini bermanfaat bagi kami dan kaum muslimin.
.
Oct/rumahhufazh.or.id
______________________________________________________________
Ayo bantu program berantas buta huruf Al-Quran bersama LPI-RH. Enam puluh lima persen penduduk Indonesia masih buta huruf Al-Quran.
Ayo donasi minimal Rp.100.000/bulan untuk membantu program kami.
LPI-RH melakukan penyaluran kepada lebih dari 20 penerima manfaat setiap bulannya, dengan penyaluran rata-rata 20 juta per bulan dan menghasilkan lebih dari 180 aktivitas pendidikan masyarakat per bulan.
Karena komitmen LPI-RH adalah mendorong SDM Pendidik dan Pendakwah membina masyarakat Islam. Kami peduli dan kami ajak Anda peduli.
Ayo donasi minimal Rp.100.000/bulan ke no.rekening,
BSM 70 9157 3525 a.n Yayasan Rumah Hufazh QQ Infaq
Konfirmasi ke 08961324556.