Ketenangan adalah sebuah kata yang indah, puncak tujuan yang dicari manusia, seperti yang tercantum dalam sebuah do’a Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam,

وَاجْعَلِ الْمَوْتَ رَاحَةً لِي مِنْ كُلِّ شَرٍّ

“Dan jadikanlah kematian sebagai ketenanganku agar terputus dari seluruh keburukan.” HR. Muslim]

Salah satu bentuk kasih sayang Allah kepada para hamba-Nya ketika menciptakan wujud mereka di dunia yang penuh keletihan ini, adalah Dia membukakan berbagai pintu yang bisa membawakan ketenangan kepada mereka.

Namun, apakah ketenangan yang hakiki itu?

Sejarah dan realita menceritakan kepada kita bahwa mencicipi ketenangan itu ada ketika seorang melakukan aktifitas yang mampu menenteramkan hatinya, apa pun aktifitas itu, apakah aktifitas hati atau fisik. Bahwa ketenangan itu takkan diperoleh kecuali setelah mengerahkan daya dan upaya. Bagaimana menurutmu jika aktifitas yang mampu menenteramkan hati itu adalah ketaatan dan ibadah kepada Allah ta’ala?

Inilah al-Faruq, Umar bin al-Khathab radhiallahu ‘anhu, mengisyaratkan salah satu bentuk ketenangan dalam perkataannya,

الزهادة في الدنيا راحة للقلب والجسد

“Zuhud di dunia adalah ketenangan bagi jiwa dan fisik” [Az-Zuhd hlm. 210]

Sebagian orang menemukan ketenangan dengan meninggalkan pergaulan yang buruk. Al-Bukhari mencantumkan sebuah judul bab dalam kitab Shahih-nya, “Bab Mengasingkan Diri adalah Ketenangan Karena Terhindar dari Keburukan”. Al-Bukhari kemudian menyebutkan hadits Abu Sa’id radhiallahu ‘anhu, beliau berkata,

جاء أعرابي إلى النبي صلى الله عليه وسلم فقال: يا رسول الله أي الناس خير؟ قال: (رجل جاهد بنفسه وماله، ورجل في شعب من الشعاب: يعبد ربه، ويدع الناس من شره

“Seorang Arab badui mendatangi Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam lalu ia bertanya, ‘Wahai Rasulullah, siapa manusia terbaik?’ Nabi menjawab, ‘Seorang yang berjihad dengan jiwa dan hartanya; seorang yang mengucilkan diri di sebuah jalan antara dua gunung untuk beribadah kepada Allah dan meninggalkan keburukan manusia.” [HR. Al-Bukhari]

Sebagian orang menemukan ketenangan dalam berbagi. Mereka menemukan ketenangan dalam sifat murah hati dan dermawan. Ibnu Wahab rahimahullah mengatakan,

البخل عاهة والسخاء راحة

“Kikir adalah bencana dan dermawan adalah ketenangan” [Mu’jam bin al-Maqri’i hlm. 263]

Sejumlah orang menjumpai ketenangan dengan bersandar kepada Allah ta’ala, mengeluarkan kebergantungan pada makhluk dari hati. Ibrahim bin Adham berujar,

من أراد الراحة فليخرج الخلق من قلبه حتى يستريح

“Setiap orang yang ingin memperoleh ketenangan hendaknya mengeluarkan kebergantungan kepada makhluk dari hati agar memperoleh ketenangan.” [Siyar as-Salaf ash-Shalihin hlm. 970]

Ada yang menemukan ketenangan dalam sikap qana’ah, nrimo atas rezeki yang dikaruniakan Allah, tidak melayangkan pandangannya pada harta yang dimiliki orang lain. Mereka meyakini bahwa dengan “mengintai” kekayaan orang lain justru akan mengundang sesal dan gundah. Mereka senantiasa ingat sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam,

قَدْ أَفْلَحَ مَنْ أَسْلَمَ، وَرُزِقَ كَفَافاً، وَقَنَّعَهُ اللّهُ بِمَا آتَاهُ

“Sungguh beruntung orang yang masuk Islam, kemudian mendapatkan rezeki yang cukup dan Allah menganugerahkan kepadanya sifat qana’ah (merasa cukup dan puas) dengan rezeki yang diberikan Allah.” [HR. Muslim]

Mereka benar-benar yakin bahwa ketenangan itu tak akan ada dalam jiwa yang penuh kedengkian dan keserakahan.

Ada yang menemukan dan merasakan ketenangan dengan berbuat kebajikan dan beramal shalih dengan berbagai bentuk dan variannya.

Sejumlah orang menemukan ketenangan dengan meninggalkan kelezatan tidur di ranjang demi bermunajat kepada Allah.

Ada yang menemukan ketenangan ketika bercengkerama membaca firman Allah ta’ala, mentadabburi maknanya. Mereka melembutkan hati dan melinangkan air mata dengan hal itu.

Sebagian lagi menjumpai ketenangan ketika membantu kesulitan orang lain, melunasi orang-orang yang berutang.

Sejumlah orang merasakan ketenangan ketika menuntut ilmu agama karena mereka menyadari bahwa kepahaman terhadap agama ini takkan diperoleh dengan badan yang bersantai-santai seperti yang dikatakan Yahya bin Abi Katsir rahimahullah.

Namun, ada pula yang menemukan ketenangan dengan meletihkan fisiknya di dunia ini agar bisa bersantai di akhirat, kampung halaman yang di sana tak ada lagi tipu daya dan lelah.

Pernah ada yang mengkritik al-Aswad bin Yazid karena meletihkan fisiknya dalam ibadah. Orang itu bertanya, “Mengapa anda menyiksa badan anda dalam ibadah?” Beliau pun menjawab,

راحة هذا الجسد أريد

“Justru aku melakukan itu semua agar badan ini bisa bersantai di akhirat.” [Hilyah al-Auliya 2/103]

Terakhir, apa pun upaya manusia demi mencari ketenangan hidup, jangan lupa bahwa dunia takkan lepas dari masalah dan gangguan. Bahwa ketenangan hakiki tanpa ada masalah itu tak akan dijumpai di sini. Hal itu hanya akan dijumpai di surga kelak seperti yang dikatakan imam Ahmad ketika ditanya pria yang sengaja datang dari Khurasan (Afganistan) menuju Baghdad demi bertanya pada sang imam, kapankah seorang bisa merasakan ketenangan. Maka sang imam menjawab bahwa ketenangan baru bisa dirasakan hamba ketika sudah menjejakkan kakinya di dalam surga Allah ta’ala.

Semoga Allah ta’ala menganugerahkan ketenangan hakiki kepada kita dengan masuk ke dalam surgaNya.[]

.

Oct/rumahhufazh.or.id

______________________________________________________________

Ayo bantu program berantas buta huruf Al-Quran bersama LPI-RH. Enam puluh lima persen penduduk Indonesia masih buta huruf Al-Quran.

Ayo donasi minimal Rp.100.000/bulan untuk membantu program kami.

LPI-RH melakukan penyaluran kepada lebih dari 20 penerima manfaat setiap bulannya, dengan penyaluran rata-rata 20 juta per bulan dan menghasilkan lebih dari 180 aktivitas pendidikan masyarakat per bulan.

Karena komitmen LPI-RH adalah mendorong SDM Pendidik dan Pendakwah membina masyarakat Islam. Kami peduli dan kami ajak Anda peduli.[]

Ayo donasi minimal Rp.100.000/bulan ke no.rekening,

BSM 70 9157 3525 a.n Yayasan Rumah Hufazh QQ Infaq

Konfirmasi ke 08961324556

Print Friendly, PDF & Email
rumahhufazh.or.id

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.