Salah satu penyakit yang menyerang hamba-hamba Allah ‘azza wajalla yang memiliki kelebihan dibanding sesamanya adalah penyakit ujub.
Ujub adalah kondisi ketika seseorang memiliki beberapa kelebihan dibanding orang lain, lalu ia bersikap angkuh dan bangga diri secara berlebihan.
Orang ujub adalah orang yang merasa mampu melakukan sesuatu karena kelebihan yang ia miliki. Di waktu bersamaan ia lupa, bahwa hanya Allah ‘azza wajalla saja Yang Maha Kuasa atas segala sesuatu.
Imam Ibnul Mubarak rahimahullah pernah ditanya tentang apa itu ujub. Beliau menjawab,
أَنْ تَرَى أَنَّ عِنْدَكَ شَيْئًا لَيْسَ عِنْدَ غَيْرِكَ، وَلَا أَعْلَمُ فِي الْمُصَلِّينَ شَيْئًا شَرًّا مِنَ الْعُجْبِ
“Ujub adalah ketika engkau melihat ada kelebihan pada dirimu yang tidak dimiliki orang lain. Dan aku tidak mengetahui keburukan pada orang-orang yang shalat kecuali penyakit ujub.”
Imam Ibnu Abdis Salam rahimahullah berkata,
الْعُجْبُ فَرْحَةٌ فِي النَّفْسِ بِإِضَافَةِ الْعَمَل إِلَيْهَا وَحَمْدِهَا عَلَيْهِ، مَعَ نِسْيَانِ أَنَّ اللَّهَ تَعَالَى هُوَ الْمُنْعِمُ بِهِ
“Ujub adalah berbangga diri dan menyanjung-sanjung diri atas keberhasilan yang ia capai, dengan melupakan bahwa Allah lah yang telah memberikan kenikmatan itu.”
Ujub adalah penyakit hati. ujub adalah sifat yang tercela dan buruk. Karena ujub adalah salah satu bentuk perbuatan syirik kepada Allah ‘azza wajalla. Oleh sebab itu, ujub dihukumi haram dan dikategorikan sebagai salah satu bentuk besar.
Allah ‘azza wajalla berfirman,
وَّيَوْمَ حُنَيْنٍۙ اِذْ اَعْجَبَتْكُمْ كَثْرَتُكُمْ فَلَمْ تُغْنِ عَنْكُمْ شَيْـًٔا
“…dan (ingatlah) Perang Hunain, ketika jumlahmu yang besar itu membanggakan kamu, tetapi (jumlah yang banyak itu) sama sekali tidak berguna bagimu.” (QS. At-Tawbah: 25)
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
ثَلاَثٌ مُهْلِكَاتٌ: شُحٌّ مُطَاعٌ، وَهَوًى مُتَّبَعٌ، وَإِعْجَابُ الْمَرْءِ بِنَفْسِهِ
“Ada tiga hal yang membawa pada jurang kebinasaan; sifat kikir yang dituruti, hawa nafsu yang dituruti, takjub terhadap diri sendiri (ujub).” (HR. Al-Bazzar dalam kitab Kasyfu al-Astar, Al-Haitsami, 1/60. Diriwayatkan dari banyak sahabat; Anas bin Malik, Abdullah bin Abbas, Abu Hurairah, Ibnu Abi Aufa, Abdullah bin Umar radhiyallahu ‘anhum)
Dalam riwayat lain Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam juga bersabda,
لَوْ لَمْ تَكُونُوا تُذْنِبُونَ لَخَشِيتُ عَلَيْكُمْ مَا هُوَ أَكْبَرُ مِنْ ذَلِكَ: الْعُجْبَ الْعُجْبَ
“Jika pun kalian tidak memiliki dosa maksiat, sungguh aku takut kalian terjebak pada yang lebih besar dari itu: ujub, ujub.” (Faidh al-Qadir Syarh al-Jami’ ash-Shaghir, Al-Munawi, No. 9434, 5/331. Hadits ini hasan menurut Syaikh al-Albani)
Mengapa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam menyebut penyakit ujub itu lebih besar dosanya dari dosa perbuatan maksiat?
Karena orang yang melakukan kemaksiatan itu masih bisa disadarkan bahwa perbuatan yang ia lakukan adalah perbuatan maksiat, perbuatan yang buruk, perbuatan yang dampaknya negatif, sehingga ada harapan besar untuk mau bertobat.
Sedangkan orang yang terjangkiti penyakit ujub, perbuatan yang ia lakukan adalah perbuatan baik, amalan kebaikan, namun ia merasa paling dan lebih dari yang lain, dia maghrur, angkuh, takabur, merasa diri paling bisa, merasa diri paling benar. Ia terjebak ke dalam syubhat keangkuhan diri. Sehingga sulit harapan untuk mau dinasehati agar bertobat.
Sebagaimana digambarkan dalam al-Quran,
وَهُمْ يَحْسَبُوْنَ اَنَّهُمْ يُحْسِنُوْنَ صُنْعًا
“Mereka mengira telah berbuat sebaik-baiknya.” (QS. Al-Kahfi: 104)
Mari waspadai penyakit ujub ini. Penyakit ujub dapat tumbuh melalui apa saja yang ada pada diri kita.
Penyakit ujub bisa menyerang orang yang memiliki kelebihan pada fisiknya. Merasa paling kuat, merasa paling tampan atau paling cantik, merasa paling cakap bicaranya, dan sebagainya.
Penyakit ujub juga dapat menimpa seseorang yang memiliki kelebihan pada akalnya. Merasa paling cerdas. Merasa paling maju cara berpikirnya. Merasa paling visioner ide-idenya. Merasa paling bisa mengatasi permasalahan. Merasa paling hebat dalam urusan manajerial. Dan semisalnya.
Orang yang memiliki jalur nasab yang mulia di masyarakat juga dapat terserang penyakit ini. Merasa paling bangsawan. Merasa paling terhormat karena keturunan raja. Merasa paling hebat karena keturunan jenderal. Merasa paling banyak harta karena keturunan konglomerat. Dan semisalnya.
Bagi kita yang memiliki popularitas di kalangan tertentu; para ustadz, para da’i, para tokoh publik, waspadalah, penyakit ujub sangat mudah menyerang dalam kondisi seperti ini. Merasa memiliki pengikut yang paling banyak. Merasa dakwahnya paling berhasil dan paling banyak fans-nya. Ini semua adalah bentuk penyakit ujub yang sangat berbahaya.
Dalam al-Quran disebutkan,
وَّكَانَ لَهٗ ثَمَرٌۚ فَقَالَ لِصَاحِبِهٖ وَهُوَ يُحَاوِرُهٗٓ اَنَا۠ اَكْثَرُ مِنْكَ مَالًا وَّاَعَزُّ نَفَرًا
“Dan dia memiliki kekayaan besar, maka dia berkata kepada kawannya (yang beriman) ketika bercakap-cakap dengan dia, “Hartaku lebih banyak daripada hartamu dan pengikutku lebih kuat.” (QS. Al-Kahfi: 34)
Oleh sebab itu, merupakan hal yang sangat baik ketika kita setiap hari mengevaluasi diri kita. Kita hitung kesalahan-kesalahan diri kita di waktu sepertiga malam saat shalat tahajud. Sudah berbuat dosa apa kita sepanjang hari ini. Penyakit apa yang menyerang hati kita pada hari ini.
Selain itu, jangan segan-segan untuk selalu dekat dengan para ulama dan ahli ilmu. Jangan segan-segan untuk selalu meminta nasehat dari mereka. Meminta penilaian mereka terhadap diri kita. Barangkali mereka lebih mampu melihat kekurangan diri kita yang tak mampu kita lihat sendiri.
Ikuti nasehat para ulama. Taati ulama selama berada di atas kebaikan dan kebenaran. Sembari kita terus berusaha meningkatkan penguasaan ilmu Islam, mengasah ilmu adab dan akhlak. Menajamkan bashirah, melembutkan hati, dan menjernihkan pikiran.
Semoga kita dimudahkan Allah ‘azza wajalla dalam menempuh jalan kebenaran hingga berpungkas di Jannahnya Allah ‘azza wajalla.[]
.
Oct/rumahhufazh.or.id
______________________________________________________________
Ayo bantu program berantas buta huruf Al-Quran bersama LPI-RH. Enam puluh lima persen penduduk Indonesia masih buta huruf Al-Quran.
Ayo donasi minimal Rp.100.000/bulan untuk membantu program kami.
LPI-RH melakukan penyaluran kepada lebih dari 20 penerima manfaat setiap bulannya, dengan penyaluran rata-rata 20 juta per bulan dan menghasilkan lebih dari 180 aktivitas pendidikan masyarakat per bulan.
Karena komitmen LPI-RH adalah mendorong SDM Pendidik dan Pendakwah membina masyarakat Islam. Kami peduli dan kami ajak Anda peduli.
Ayo donasi minimal Rp.100.000/bulan ke no.rekening,
BSM 70 9157 3525 a.n Yayasan Rumah Hufazh QQ Infaq
Konfirmasi ke 08961324556.