‘Abdullâh bin Abbâs radhiallahu ‘anhu berkata, “Suatu hari Aku berada (membonceng) di belakang Rasulullâh shallallahu ‘alaihi wa sallam. Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda kepadaku, ‘Wahai anakku, aku akan mengajarimu beberapa kalimat; jagalah Allah, niscaya Allah Subhanahu wa Ta’ala akan menjagamu; jagalah Allah, pasti kamu akan mendapati-Nya di hadapanmu. Kenalilah Allah di saat lapang, niscaya Dia akan mengenalimu ketika sempit. Jika kamu memohon, maka memohonlah kepada Allah. Jika kamu meminta pertolongan, maka mintalah kepada Allah. Ketahuilah bahwa sekiranya semua makhluk berkumpul untuk memberikan suatu manfaat kepadamu, niscaya mereka tidak akan bisa memberikan kamu manfaat kecuali apabila hal itu telah ditakdirkan kepadamu. Dan sekiranya mereka berkumpul untuk mendatangkan suatu bahaya kepadamu, niscaya mereka tidak kuasa mendatangkan bahaya itu kepadamu, kecuali apabila hal itu telah ditakdirkan untukmu. Pena-pena telah diangkat dan lembaran-lembaran telah kering. Maka, apa saja yang ditakdirkan menimpamu, pasti tidak akan luput darimu dan apa saja yang ditakdirkan luput darimu, pasti tidak akan menimpamu. Ketahuilah, sesungguhnya bersama kesabaran ada kemenangan dan bersama musibah ada jalan keluar dan setelah kesulitan ada kemudahan” [HR Ahmad 1/293, at-Tirmidzi no. 2516 dan Ibnu Sina dalam  Amalul Yaum Wal Lailah hlm. 425]

Wasiat yang agung ini hendaklah dihafal dan diamalkan oleh seorang Muslim, karena dengan mengamalkannya akan mendatangkan kebahagiaan dan keselamatan.

Pertama, adalah menjaga Allah Subhanahu wa Ta’ala, sebagaimana sabda beliau, “Jagalah Allah”, maksudnya adalah menjaga agama dan ketentuan-ketentuannya, dengan cara menjaga ketaatan dan menegakkan hukum-hukumnya. Jika hukum-hukum tersebut berupa kewajiban, dia tidak melanggarnya dan jika hukum-hukum itu berupa hal-hal yang diharamkan, dia meninggalkan dan menjauhinya. Maka, siapa yang menjaga Allah Subhanahu wa Ta’ala, Allak Subhanahu wa Ta’ala akan menjaganya, menjaga agama, keluarga dan hartanya.

Menegakkan ketaatan kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala adalah salah satu sebab agama seorang hamba akan terjaga hingga meninggal dunia, juga merupakan sebab keluarga seorang hamba terjaga saat mereka hidup dan setelah meninggal dunia. Sehingga, hal-hal yang tidak dikehendaki pun tidak terjadi pada mereka. Sebagaimana firman Allah Subhanahu wa Ta’ala,

وَكَانَ أَبُوْهُمَا صَالِحًا…

sedang ayahnya adalah seorang yang saleh (Qs al-Kahfi/18: 82)

Kedua, menjaga Allah Subhanahu wa Ta’ala menyebabkan datangnya hidayah, sebagaimana sabda beliau, “Jagalah Allah, niscaya engkau akan mendapati-Nya di hadapanmu.” Ini juga termasuk di antara faidah menjaga hukum-hukum Allah Subhanahu wa Ta’ala bagi seorang hamba. Dia akan mendapati Allah Subhanahu wa Ta’ala di hadapannya, menberinya hidayah kepada kebaikan dan memudahkan semua urusannya. Sehingga, semua urusannya menjadi mudah.

Ketiga, adalah menjaga Allah Subhanahu wa Ta’ala di saat lapang. Sebagaimana sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Kenalilah Allah  di saat lapang, kelak Allah akan mengenalimu di saat sempit.” Biasanya seseorang yang berada di saat lapang merasa gembira dan lupa dengan hukum-hukum Allah Subhanahu wa Ta’ala. Ini yang biasanya terjadi pada kebanyakan orang. Sebagaimana sabda beliau,

نِعْمَتَانِ مَغْبُونٌ فِيهِمَا كَثِيرٌ مِنْ النَّاسِ الصِّحَّةُ وَالْفَرَاغُ

Dua nikmat yang sering menipu kebanyakan orang, yaitu kesehatan dan waktu luang (HR al-Bukhâri)

Keempat dan Kelima, memohon dan meminta pertolongan hanya kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala, sebagaimana sabda beliau, “Apabila kamu memohon, memohonlah kepada Allah, dan apabila kamu meminta pertolongan, minta pertolonganlah kepada Allah.” Barang siapa yang ingin dipenuhi hajatnya tanpa harapan kecuali kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala dan tanpa masyaqah, hendaknya dia meminta kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. dalam hadits disebutkan, “Mintalah karunia dari Allah Subhanahu wa Ta’ala. Sesungguhnya Allah senang dimintai doa.” Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam membaiat sejumlah sahabat agar mereka tidak meminta-minta kepada manusia sedikitpun.

Selajutnya beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam menjelaskan bahwa seluruh manusia tidak akan mampu memberikan manfaat dan madharat kecuali apabila telah ditakdirkan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala dan semua yang telah ditakdirkan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala pasti akan terjadi karena semua urusan telah selesai.

Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam juga memberikan wasiat bahwa setelah kesabaran ada kemenangan. Siapa yang sabar, dia akan menang dan memperoleh harapannya. Sesungguhnya setelah musibah itu ada jalan keluar. Apabila musibah menimpa kita dan kita merasakan kesempitan, maka ingatlah Allah Subhanahu wa Ta’ala dan tunggullah jalan keluarnya. Sesungguhnya pertolongan Allah Subhanahu wa Ta’ala itu dekat. Dan setelah kesulitan itu ada kemudahan.

Demikianlah, semoga Allah Subhanahu wa Ta’ala senantiasa mencurahkan kepada kita petunjuk Dan hidayahNya semua..Aamiin[]

.

Oct/rumahhufazh.or.id

______________________________________________________________

Ayo bantu program berantas buta huruf Al-Quran bersama LPI-RH. Enam puluh lima persen penduduk Indonesia masih buta huruf Al-Quran.

Ayo donasi minimal Rp.100.000/bulan untuk membantu program kami.

LPI-RH melakukan penyaluran kepada lebih dari 20 penerima manfaat setiap bulannya, dengan penyaluran rata-rata 20 juta per bulan dan menghasilkan lebih dari 180 aktivitas pendidikan masyarakat per bulan.

Karena komitmen LPI-RH adalah mendorong SDM Pendidik dan Pendakwah membina masyarakat Islam. Kami peduli dan kami ajak Anda peduli.

Ayo donasi minimal Rp.100.000/bulan ke no.rekening,

BSM 70 9157 3525 a.n Yayasan Rumah Hufazh QQ Infaq

Konfirmasi ke 08961324556.

Print Friendly, PDF & Email
rumahhufazh.or.id

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.