Allah Ta’ala berfirman,
أَلْهَاكُمُ التَّكَاثُرُ ﴿١﴾ حَتَّىٰ زُرْتُمُ الْمَقَابِرَ ﴿٢﴾ كَلَّا سَوْفَ تَعْلَمُونَ ﴿٣﴾ ثُمَّ كَلَّا سَوْفَ تَعْلَمُونَ ﴿٤﴾ كَلَّا لَوْ تَعْلَمُونَ عِلْمَ الْيَقِينِ ﴿٥﴾ لَتَرَوُنَّ الْجَحِيمَ ﴿٦﴾ ثُمَّ لَتَرَوُنَّهَا عَيْنَ الْيَقِينِ ﴿٧﴾ ثُمَّ لَتُسْأَلُنَّ يَوْمَئِذٍ عَنِ النَّعِيمِ
Bermegah-megahan telah melalaikan kamu, sampai kamu masuk ke dalam kubur. Janganlah begitu, kelak kamu akan mengetahui (akibat perbuatanmu itu), dan janganlah begitu, kelak kamu akan mengetahui. Janganlah begitu, jika kamu mengetahui dengan pengetahuan yang yakin, niscaya kamu benar-benar akan melihat neraka Jahiim, dan sesungguhnya kamu benar-benar akan melihatnya dengan ‘ainul yaqin, kemudian kamu pasti akan ditanyai pada hari itu tentang kenikmatan (yang kamu megah-megahkan di dunia itu).[At-Takatsur/102:1-8]
Firman Allah Azza wa Jalla :
أَلْهَاكُمُ التَّكَاثُرُ
Bermegah-megahan telah melalaikan kamu.
Imam Ibnu Katsir rahimahullah berkata, “Kecintaan terhadap dunia, kenikmatannya dan keindahannya, telah melalaikan kamu dari mencari akhirat. Dan itu terus terjadi pada kamu sehingga kematian mendatangimu dan kamu mendatangi kuburan serta menjadi penghuninya”. [Tafsir Ibnu Katsir, surat at-Takatsur, ayat 1]
At-Takatsur (bermegah-megahan) mencakup berbangga dengan banyaknya harta, qabilah, kedudukan, ilmu, dan semua yang memungkinkan terjadi saling berbangga dengannya. Ini ditunjukkan oleh perkataan pemilik sebuah kebun kepada kawannya:
أَنَا أَكْثَرُ مِنْكَ مَالًا وَأَعَزُّ نَفَرًا
Hartaku lebih banyak dari pada hartamu dan pengikut-pengikutku lebih kuat [Al-Kahfi/18: 34. Tafsir Juz ‘Amma, hlm: 305-306]
Makna ”telah melalaikan kamu” yaitu, telah menyibukkan kamu sehingga kamu lalai dari yang lebih penting, yaitu dzikrullah dan melaksanakan ketaatan kepada-Nya. Perkataan ini ditujukan kepada seluruh umat, namun itu dikecualikan orang yang disibukkan oleh perkara-perkara akhirat dari perkara-perkara dunia, dan mereka ini sedikit”. [Tafsir Juz ‘Amma, hlm: 305]
Ayat ini juga telah dijelaskan oleh Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam kepada para Sahabat sebagaimana disebutkan di dalam hadits-hadits berikut:
عَنْ مُطَرِّفٍ عَنْ أَبِيهِ قَالَ أَتَيْتُ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَهُوَ يَقْرَأُ أَلْهَاكُمْ التَّكَاثُرُ قَالَ يَقُولُ ابْنُ آدَمَ مَالِي مَالِي قَالَ وَهَلْ لَكَ يَا ابْنَ آدَمَ مِنْ مَالِكَ إِلَّا مَا أَكَلْتَ فَأَفْنَيْتَ أَوْ لَبِسْتَ فَأَبْلَيْتَ أَوْ تَصَدَّقْتَ فَأَمْضَيْتَ
Dari Mutharrif, dari bapaknya, dia berkata, “Aku mendatangi Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam ketika Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam sedang membaca ayat “Al-hakumut Takatsur”, Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Anak Adam mengatakan, ‘Hartaku, hartaku!’, Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda lagi, “Bukankah engkau tidak memiliki harta kecuali harta yang telah engkau makan, sehingga engkau habiskan; Atau apa yang telah engkau pakai, sehingga engkau menjadikannya usang; Atau apa yang telah engkau sedekahkan, sehingga engkau meneruskan (yaitu terus memilikinya sampai hari kiamat-pen)”. [HR. Muslim]
Firman Allah Azza wa Jalla :
حَتَّىٰ زُرْتُمُ الْمَقَابِرَ
Sampai kamu mengunjungi (masuk ke dalam) kuburan.
Ada tiga penafsiran kalimat ini :
Yaitu sampai kematian mendatangimu, sehingga kamu berada di kuburan
sebagai orang-orang yang mengunjungi kuburan, lalu kamu akan kembali
dari kuburan menuju surga atau neraka, sebagaimana kembalinya orang yang
berkunjung menuju rumahnya.
Yaitu bermegah-megah telah melalaikan kamu sehingga kamu menghitung
orang-orang yang telah mati. Namun penafsiran ini lemah karena jauh dari
rangkaian ayat. [Tafsir Juz ‘Amma, hlm. 307, syaikh Muhammad bin Shalih
Al-‘Utsaimin rahimahullah]
Ini merupakan ancaman, yaitu kamu menyibukkan diri dengan segala yang bisa pergunakan untuk membanggakan sehingga kamu mendatangi kuburan (mati), lalu kamu melihat siksa Allah Azza wa Jalla yang akan menimpa kamu. Ini sesungguhnya semakna dengan penafsiran pertama.
Dan yang paling tepat adalah penafsiran yang pertama sebagaimana dijelaskan oleh Imam Ibnu Katsir rahimahullah dengan perkataannya, “Yang benar, maksud firman Allah Azza wa Jalla yang artinya, ”Kamu mengunjungi kuburan” adalah kamu berada di kuburan dan dikubur di dalamnya. Sebagaimana tersebut dalam hadits shahih bahwa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam menengok seorang laki-laki baduwi yang sakit, Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
لَا بَأْسَ طَهُورٌ إِنْ شَاءَ اللَّهُ
Tidak mengapa, insya Allah sebagai pembersih dosa
Laki-laki itu mengatakan, “Engkau berkata sebagai pembersih dosa?! Bahkan ini adalah demam yang bergejolak pada seorang laki-laki tua yang akan menghantarkannya ke kuburan!” Beliau bersabda, “Ya, kalau begitu“. [HR. Al-Bukhari]
Syaikh al-‘Utsaimin rahimahullah berkata, “Firman Allah, (yang artinya), ‘Sampai kamu mengunjungi kuburan”, maksudnya sampai kamu mati. Manusia itu memiliki watak sedang bermegah-megahan dengan banyaknya (perkara dunia) sampai mati. Bahkan setiap umur bertambah tua, angan-anganpun bertambah. Maka manusia itu bertambah tua umurnya, namun angan-angannya muda. Sehingga ada orang yang berumur 90 tahun misalnya, engkau mendapatinya memiliki banyak angan-angan dan panjang angan-angan yang tidak ada pada seorang pemuda yang berumur 15 tahun. Inilah makna ayat yang mulia ini, yaitu bahwa kamu telah menjadi lalai terhadap akhirat sampai kamu mati dengan sebab bermegah-megah dengan banyaknya (kesenangan dunia)”. [Tafsir Juz ‘Amma, hlm. 306]
Ayat ini juga mengisyaratkan agar manusia banyak mengingat kematian, karena barapapun harta yang berhasil dia kumpulkan di dunia ini, capat atau lambat, semua harta itu pasti akan dia tinggalkan seiring dengan kematian yang datang.
Firman Allah Azza wa Jalla :
كَلَّا سَوْفَ تَعْلَمُونَ
Janganlah begitu, kelak kamu akan mengetahui (akibat perbuatanmu itu),
Kalla dapat berarti sebenarnya, dan berarti larangan. Yaitu berhentilah dari bermegah-megah ini!
Firman Allah Subhanahu wa Ta’ala , yang artinya, “kelak kamu akan mengetahui”, yakni kamu akan mengetahui akibat buruk prilakumu, bahwa bermegah-megah ini tidak memberikan manfaat kepada kamu”. [Tafsir Juz ‘Amma, hlm. 307, karya Syaikh Muhamad bin Shalih al-‘Utsaimin rahimahullah]
Firman Allah Azza wa Jalla :
ثُمَّ كَلَّا سَوْفَ تَعْلَمُونَ
Dan janganlah begitu, kelak kamu akan mengetahui.
Tentang pengulangan kalimat ini ada beberapa penjelasan Ulama’ tentang maknanya:
Sebagai bentuk penekanan.
Kamu akan mengetahui siksaan di dalam kubur dan kamu akan mengetahui siksaan di akhirat. Sehingga ayat ini memuat berita tentang siksa kubur dan akhirat. Kamu akan mengetahui pada waktu melihat langsung bahwa apa yang Aku beritakan itu haq, dan kamu akan mengetahui pada waktu bangkit dari kubur bahwa apa yang Aku janjikan itu benar.
Kamu akan mengetahui, jika kematian telah turun kepada kamu, dan para Malaikat mendatangimu untuk mencabut nyawa. Dan kamu akan mengetahui jika kamu telah memasuki kubur kamu, malakikat Munkar dan Nakir mendatangimu, kengerian pertanyaan kubur menyelimuti kamu, dan jawaban terputus darimu.
Firman Allah Azza wa Jalla :
كَلَّا لَوْ تَعْلَمُونَ عِلْمَ الْيَقِينِ
Janganlah begitu, jika kamu mengetahui dengan pengetahuan yang yakin
Syaikh al-‘Utsaimin rahimahullah berkata, “Yakni: sebenarnya jika kamu mengetahui dengan pengetahuan yang yakin, kamu benar-benar mengetahui bahwa kamu dalam kesesatan, tetapi kamu tidak mengetahui dengan pengetahuan yang yakin, karena kamu lalai dan bermain-main di dunia ini. Jika kamu mengetahui dengan pengetahuan yang yakin, sesungguhnya kamu benar-benar menyadari bahwa kamu berada di dalam kesesatan dan kesalahan yang besar”. [Tafsir Juz ‘Amma, hlm. 308]
Sesungguhnya orang yang telah mati benar-benar telah mengetahui hakekat berita-berita Allah dan RosulNya.
Firman Allah Azza wa Jalla :
لَتَرَوُنَّ الْجَحِيمَ
Niscaya kamu benar-benar akan melihat neraka Jahiim,
Mengenai kata “kamu” dalam ayat ini, menurut sebagian Ulama diarahkan untuk orang kafir. Seperti firman Allah Azza wa Jalla :
وَرَأَى الْمُجْرِمُونَ النَّارَ فَظَنُّوا أَنَّهُمْ مُوَاقِعُوهَا وَلَمْ يَجِدُوا عَنْهَا مَصْرِفًا
Dan orang-orang yang berdosa melihat neraka, maka mereka meyakini, bahwa mereka akan jatuh ke dalamnya dan mereka tidak menemukan tempat berpaling dari padanya. [Al-Kahfi/18: 53]
Sebagian lain menyatakan bahwa kata ‘kamu’ itu untuk umum, semua manusia. Sehingga neraka itu disiapkan untuk orang-orang kafir sebagai tempat tinggal menetap, dan untuk orang-orang beriman sebagai tempat lewat. Allah Azza wa Jalla berfirman:
وَإِنْ مِنْكُمْ إِلَّا وَارِدُهَا ۚ كَانَ عَلَىٰ رَبِّكَ حَتْمًا مَقْضِيًّا ﴿٧١﴾ ثُمَّ نُنَجِّي الَّذِينَ اتَّقَوْا وَنَذَرُ الظَّالِمِينَ فِيهَا جِثِيًّا
Dan tidak ada seorangpun dari kamu, melainkan akan mendatangi neraka itu. Hal itu bagi Tuhanmu adalah suatu kemestian yang sudah ditetapkan. Kemudian Kami akan menyelamatkan orang-orang yang bertakwa dan membiarkan orang-orang yang zhalim di dalam neraka dalam keadaan berlutut. [Maryam/19: 71-72]
Karena seluruh manusia akan melewati neraka. Adapun orang-orang kafir mereka akan masuk dan tidak keluar, sedangkan orang-orang beriman, mereka akan melewati sirath (jalan/jembatan di atas jurang neraka Jahannam) dengan kecepatan yang sesuai dengan amalannya ketika di dunia, kemudian di antara mereka sekedar lewat tanpa memasukinya, dan sebagian yang lain memasukinya sementara sampai Allah Azza wa Jalla ijinkan untuk memasuki surga setelah bersih dari dosa-dosa. Kita memohon perlindungan kepada Allah dari siksa neraka.
Firman Allah Azza wa Jalla :
ثُمَّ لَتَرَوُنَّهَا عَيْنَ الْيَقِينِ
Dan sesungguhnya kamu benar-benar akan melihatnya dengan ‘ainul yaqin.
Yaitu (kamu) akan melihat neraka dengan mata kepala sendiri sehingga menimbulkan keyakinan yang kuat.
Setelah kita mengetahui berita-berita yang haq dari Allah Azza wa Jalla dan Rasul-Nya seperti ini, maka janganlah kita terpedaya dengan kehidupan sementara di dunia ini, kemudian tersibukkan dengannya, dan melalaikan kehidupan hakiki di akhirat. Hanya Allah tempat memohon pertolongan.
Firman Allah Subhanahu wa Ta’ala :
ثُمَّ لَتُسْأَلُنَّ يَوْمَئِذٍ عَنِ النَّعِيمِ
Kemudian kamu pasti akan ditanyai pada hari itu tentang kenikmatan.
Imam Ibnu Katsir rahimahullah berkata, “Yaitu, kemudian pada hari itu kamu akan ditanya tentang syukur terhadap (nikmat-nikmat) yang Allah telah berikan kepada kamu, yang berupa kesehatan, keamanan, rezeki, dan lainnya”. [Tafsir al-Qur’anil ‘Azhîm]
Dengan demikian maka kenikmatan yang akan ditanyakan pada hari kiamat itu umum meliputi seluruh kenikmatan, seperti: waktu luang, kelengkapan panca indra, kelezatan makanan dan minuman, makan pagi, siang, dan malam, kenyangnya perut, segarnya minuman, naungan tempat tinggal, keseimbangan badan, kenikmatan tidur, kebahagiaan jiwa, dan lainnya dari nikmat Allah yang tidak terbatas.
Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam telah memberitakan kepada kita tentang masalah-masalah yang akan ditanyakan pada hari kiamat. Antara lain yang disebutkan di bawah ini:
عَنْ ابْنِ مَسْعُودٍ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ لَا تَزُولُ قَدَمُ ابْنِ آدَمَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ مِنْ عِنْدِ رَبِّهِ حَتَّى يُسْأَلَ عَنْ خَمْسٍ عَنْ عُمُرِهِ فِيمَ أَفْنَاهُ وَعَنْ شَبَابِهِ فِيمَ أَبْلَاهُ وَمَالِهِ مِنْ أَيْنَ اكْتَسَبَهُ وَفِيمَ أَنْفَقَهُ وَمَاذَا عَمِلَ فِيمَا عَلِمَ
Dari Ibnu Mas’ud dari Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam , beliau bersabda: “Tidaklah telapak kaki hamba akan bergeser dari hadapan Robbnya pada hari kiamat sampai dia ditanya tentang lima perkara: “Tentang umurnya untuk apa dia habiskan; tentang masa mudanya untuk apa dia pergunakan; tentang hartanya, dari mana dia mendapatkannya; dan untuk apa dia belanjakan; dan apa yang telah dia amalkan dari apa yang telah dia ketahui”. [HR. Tirmidzi]
Di dalam hadits yang lain Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
إِنَّ أَوَّلَ مَا يُسْأَلُ عَنْهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ يَعْنِي الْعَبْدَ مِنْ النَّعِيمِ أَنْ يُقَالَ لَهُ أَلَمْ نُصِحَّ لَكَ جِسْمَكَ وَنُرْوِيَكَ مِنْ الْمَاءِ الْبَارِدِ
Sesungguhnya pertama kali yang akan ditanyakan kepada hamba pada hari kiamat tentang kenikmatan yaitu akan dikatakan kepadanya (Allah): “Bukankah Kami telah menjadikan badanmu sehat dan bukankah Kami telah menjadikanmu puas dengan air yang sejuk?” [HR. Tirmidzi, no. 3358, dari Abu Huroiroh; dishohihkan oleh syaikh Al-Albani]
Kalau pertanyaan ini sudah pasti akan terjadi, karena merupakan berita Allah dan rasul-Nya, maka apakah kita sudah mempersiapkan jawabannya?
Semoga Allah senantiasa mencurahkan hidayah dan taufiqNya kepada kita semua, agar kita lebih berhati-hati dalam mengarungi kehidupan dunia yang fana ini.. Aamiin[]
.
Oct/rumahhufazh.or.id
______________________________________________________________
Ayo bantu program berantas buta huruf Al-Quran bersama LPI-RH. Enam puluh lima persen penduduk Indonesia masih buta huruf Al-Quran.
Ayo donasi minimal Rp.100.000/bulan untuk membantu program kami.
LPI-RH melakukan penyaluran kepada lebih dari 20 penerima manfaat setiap bulannya, dengan penyaluran rata-rata 20 juta per bulan dan menghasilkan lebih dari 180 aktivitas pendidikan masyarakat per bulan.
Karena komitmen LPI-RH adalah mendorong SDM Pendidik dan Pendakwah membina masyarakat Islam. Kami peduli dan kami ajak Anda peduli.
Ayo donasi minimal Rp.100.000/bulan ke no.rekening,
BSM 70 9157 3525 a.n Yayasan Rumah Hufazh QQ Infaq
Konfirmasi ke 08961324556.