BERAS BOROS �

(*kisah n percapakan asli)

�‍♂️�

“Ustadz beras d pondok habis” kata salah satu pengurus asrama rumah hufazh, kuningan jawa barat.

⁉️

“Lho habis?” Kataku terkejut. “Biasanya irit,” jawabku heran bercampur merasa berdosa.

��

Memang sebelumnya santri Rumah Hufazh aku arahkan untuk menghemat, terlebih di saat pandemi. Qodarullah para donatur yang biasa memberi pasokan dana konsumsi tiba tiba berhenti bersamaan. Sehingga mau tidka mau kas cadangan dipakai untuk menutup kebutuhan santri.

���

Dan kini bulan ke 5 aku menyuruh para santri benar benar menghemat. Rasanya begitu berdosa aku menyuruh berhemat kembali. Lagi pula mereka hanya agak tekor di beras, sedangkan kalau lauk masih dibilang hemat dengan membagi satu butir telur yang kadang d campur terigu +daun bawang untuk beberapa orang.

�����

“Iya ust, sekarang kita satu kali masak 1 kg jadi sehari 3 kg. Kan ada tambahan santri baru,” jawabnya.

“Oh Iya, ya sudah nanti ustadz kasih uang kas lagi. Tolong d hemat ya” jawabku lembut menahan rasa berdosa.

Rasanya kita jarang merasakan kekurangan makan, terlebih kurang nasi dan beras. Namun bagi santri ternyata eksistensi beras di lumbung mereka begitu berharga.

Barangkali diantara pembaca ada yang berminat menjadi donatur tetap (uang ataupun barang) untuk konsumsi harian santri maka dipersilahkan. Kami siap menyalurkan untuk kebahagiaan dan senyuman kenyang para menghafal Alquran.

Ket gambar:

Sisa nasi terakhir santri dan beras 5kg yang baru diberikan salah satu ustadz

Print Friendly, PDF & Email
rumahhufazh.or.id

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.